Rabu, 11 Mei 2011

STRESS

Stres dikemukakan oleh Hans Selye (dalam Sehnert, 1981) yang mendefinisikan stres sebagai respon yang tidak spesifik dari tubuh pada tiap tuntutan yang dikenakan padanya. Dengan kata lain istilah stres dapat digunakan untuk menunjukkan suatu perubahan fisik yang luas yang diakibatkan oleh berbagai faktor psikologis atau faktor fisik atau kombinasai kedua faktor tersebut.

Menurut Lazarus (1976) stres adalah suatu keadaan psikologis individu yang dihadapkan pada situasi internal maupun eksternal. Sedangkan menurut Korchin (1976) keadaan stres muncul apabila tuntutan-tuntutan yang luar biasa atau terlalu banyak mengancam kesejahteraan atau integritas seseorang.

Karena banyaknya definisi mengenai stres, maka Sarafino (1994) mencoba mengonseptualisasikan kedalam tiga pendekatan, yaitu :

- Stimulus

Keadaan atau situasi dan peristiwa yang dirasakan mengancam atau membahayakan yang menghasilkan perasaan tegang disebut sebagai stressor. Beberapa ahli yang menganut pendekatan ini mengkategorikan stressor menjadi tiga :

1. Peristiwa katastropik, misalnya angin tornado atau gempa bumi

2. Peristiwa hidup yang penting, misalnya kehilangan pekerjaan

3. Keadaan kronis, misalnya hidup dalam kondisi sesak dan bising

- Respon

Respon adalah reaksi seseorang terhadap stressor. Untuk itu dapat diketahui dari dua komponen yang saling berhubungan, yaitu komponen psikologis (perilaku, pola pikir dan emosi) dan komponen fisiologis (detak jantung, keringat dan sakit perut). Kedua respon tersebut disebut dengan strain atau ketegangan.

- Proses

Stress sebsagai suatu proses terdiri dari stressor dan strain dan satu dimensi penting yaitu hubungan antara manusia dengan lingkungan.

Stress adalah rasa takut dan cemas dari perasaan dan tubuh kita terhadap perubahan di lingkungan. Secara fisiologis, bila ada sesuatu yang mengancam, kelenjar pituitary otak mengirimkan "'alarm" dan hormon ke kelenjar endokrin, yang kemudian mengalirkan hormon adrenalin dan hidrokortison ke dalam darah. Hasilnya, tubuh menjadi siap untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan yang muncul. Secara alamiah yang kita rasakan adalah degup jantung yang berpacu lebih cepat, dan keringat dingin yang biasanya mengalir di tengkuk. Dalam kondisi stress tubuh langsung menyesuaikan diri terhadap tekanan yang datang. Inilah sebabnya banyak dikatakan bahwa stress yang melebihi daya tahan atau kemampuan tubuh biasanya. Akan tetapi, penyesuaian tubuh ini dapat menyebabkan gangguan baik fisik maupun psikis. Adanya hormon adrenalin dan hidrokortison yang dihasilkan sebagai reaksi tubuh terhadap stress bila berlebihan dan berlangsung dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan rangkaian reaksi dari organ tubuh yang lain. Penelitian di AS menemukan, enam penyebab utama kematian yang erat hubungannya dengan stress adalah penyakit jantung koroner, kanker, paru-paru, kecelakaan, pengerasan hati dan bunuh diri.

bila seseorang gagal menyesuikan diri terhadap stress, artinya ia tidak mampu menyelesaikan persoalannya, tidak dapat mencapai harapan-harapannya, menderita, serta merasa tertekan, maka stressnya itu sudah termasuk jenis stres yang membahayakan, atau sudah masuk dalam kategori distress. Karena itu penting untuk mengetahui gejala-gejala stress jenis ini sehingga stress yang positif (eustress) tidak sampai berlanjut dan berkembang menjadi stress yang negatif (distress). Jika seseorang terkena stress, lalu gagal mengatasinya, maka stress orang tersebut akan berkembang menjadi stress yang negatif (distress). Distress pada beberapa orang (tergantung tipe orangnya) bisa berkembang menjadi gangguan jiwa, baik gangguan jiwanya temporal atau permanen.

Tidak semua orang jika mengalami gangguan bisa terkena stress yang negatif (distress). Hal tersebut sangat tergantung pada:

  • Kepribadian seseorang ,apakah dia fleksibel atau tidak.
  • Individu yang kesehatannya jelek akan lebih mudah mengalami stres.
  • Falsafah hidup atau keyakinan agama seseorang.
  • Persepsi (tanggapan seseorang terhadap stres ada bermacam-macam, yaitu biasa,agak risau, atau sangat mengganggu).
  • Posisi sosial, apakah individu itu cukup integratif di masyarakat, artinya dapat mengembangkan peran sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.

Sumber-sumber penanggulangan stres dapat berasal dari diri sendiri maupun dari lingkungannya, misalnya:

  • Keluarga. Keluarga yang utuh dan serasi akan membantu kesehatan jiwa individu.
  • Sosial. Teman-teman sekerja dan teman-teman dari lingkungan lainnya diketahui mempunyai peran penting.
  • Masyarakat. Berupa bantuan dalam bentuk informasi bahwa individu tersebut diakui eksistensinya, dihargai, dan dihormati. Hal itu sangat membantu kesehatan jiwa individu.

Lazarus dan Cohen (dalam Evans, 1982) mengemukakan bahwa terdapat tiga kelompok sumber stres, yaitu :

- Fenomena catalismic, yaitu kejadian yang tiba-tiba, khas dan kejadian yang menyangkut banyak orang seperti bemcana alam, perang, banjir dsb

- Kejadian yang memerlukan penyesuaian atau coping seperti pada fenomena catalismic meskipun berhubungan dengan orang yang lebih sedikit seperti respon seseorang terhadap penyakit

- Daily has-sles, yaitu masalah yang sering dijumpai didalam kehidupan sehari-hari yang menyangkut ketidakpuasan kerja atau masalah lingkungan seperti kesesakan atau kebisingan.

Penyebab stress

stressor (sumber stress) yang bisa mendatangkan gangguan ada beberapa macam. Ada stressor fisik (kuman penyakit, kecelakaan, dan kurang gizi), stressor kejiwaan (frustrasi, konflik, tekanan, dan krisis), dan ada pula stressor lingkungan/sosiobudaya (kemiskinan, pengangguran/PHK, pernikahan, diskriminasi rasial, konflik agama).

Gejala klinis

Rasa takut dan cemas dapat melahirkan pikiran-pikiran positif ataupun negatif. Hal positif seperti kewaspadaan dan pengharapan akan hal-hal baru. Hal-hal negatif seperti ketidakpercayaan, penolakan, kemarahan, depresi yang kemudian akan mempengaruhi fisik (psikosomatik) kita seperti timbulnya kelelahan, sakit kepala, sakit perut, kemerahan, insomnia, tekanan darah tinggi, luka pada lambung, penyakit jantung, dan stroke. Gejala fisik yang umumnya dialami ketika mengalami stress adalah jantung berdebar-debar, dan otot-otot menjadi tegang akibat dari rangsangan hormon adrenalin. Lebih lanjut lagi hormon yang meningkat dalam tubuh ini akan merangsang keluarnya zat-zat lain yang pada akhinya mempengaruhi aliran darah, peningkatan sekresi asam dilambung dan gangguan pada aliran syaraf maka tidak heran muncul gejala-gejala pada fisik.

Model stres

Cox (dalam Crider dkk, 1983) mengemukakan tiga model stress, yaitu :

1. Response-based model

Model ini mencoba untuk mengidentifikasikan pola-pola kejiwaan dan respon-respon kejiwaan yang diukur pada lingkungan yang sulit. Pusat perhatian dari model ini adalah bagaimana stresor yang berasal dari peristiwa lingkungan yang berbeda dapat menghasilkan respon stres yang sama.

2. Stimulus-based model

Model stress ini memusatkan perhatian pada sifat-sifat stimuli stres. Tiga karakteristik penting dari stimuli stres adalah :

- Overload

- Conflict

- Uncontrollability

3. Interactional

Model ini merupakan perpaduan dari respon based model dan stimuli based model. Model ini memperkirakan bahwa stres dapat diukur ketika dua kondisi bertemu, yaitu ketika individu menerima ancaman akan motif dan kebutuhan penting yang dimilikinya dan ketika individu tidak mampu untuk mengcoping stresor.

Jenis stres

Hans Selye (dalam Holahan, 1981) mengidentifikasi respon sistemik tubuh terhadap kondisi penuh stres yang diistilahkan General Adaptation Syndrom (GAS) menjadi tiga tahap :

- Alarm reaction dari sistem saraf otonom, termasuk didalamnya peningkatan sekresi adrenalin, detak jantung, tekanan darah dan otot menegang. Tahap ini biasa diartikan sebagai pertahanan tubuh.

- Resistance atau adaptasi, yang didalamnya termasuk berbagai macam respon coping secara fisik.

- Exhaustion atau kelelahan, terjadi apabila stresor datang secara intens dan dalam jangka waktu yang cukup lama serta usaha-usaha perlawanan gagal untuk menyelesaikan secara adekuat.

kaitan stres dengan psikologi lingkungan dan pengaruh stres terhadap perilaku individu dalam lingkungan

Dalam konteks lingkungan maka stress dapat muncul jika lingkungan fisik dan rancangan secara langsung atau tidak langsung menghambat tujuan seseorang. Kaitan stress dengan lingkungan yaitu stress terjadi ketika individu menjumpai kondisi lingkungan yang mengancam yang secara kuat menantang atau melampaui kemampuan copingnya. Sebuah situasi dapat terlihat sebagai suatu ancaman dan berbahaya secara potensial apabila melibatkan hal yang memalukan, kehilangan harga diri, kehilangan pendapat dan seterusnya. Maka apabila lingkungan tidak mendukung kesejahteraan fisik maupun mental seseorang akan mengakibatkan kelelahan fisik dan mental yang mencetuskan terjadinya stres.

Stres menurut Stokols (dalam Brigham, 1991) merupakan salah satu aspek yang dapat mengakibatkan penyakit atau akibat-akibat negatif pada perilaku masyarakat. Stres yang dialami individu dapat memberikan dampak yang berbeda tergantung pada kemampuan individu dalam menghadapi stres. Individu yang mengalami stres umumnya tidak dapat melakukan interaksi sodial dengan baik, sehingga dapat menurunkan perilaku untuk membantu orang lain.

Salah satu contoh pengaruh stres terhadap perilaku individu dalam lingkungan yaitu kepadatan yang tinggi dipandang sebagai keadaan fisik yang membuat keadaan tidak menyenangkan, seperti kehilangan kontrol dan kehilangan kebebasan berperilaku serta menurunnya intens prososial individu. Hal ini dapat dijelaskan oleh teori stimulus overload dari Milgram (dalam Wrightsman & Deaux, 1984), dalam teori ini menjelaskan bahwa kondisi yang padat yang dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor seperti factor perbedaan individu, situasi dan kondisi sosial di kota mengakibatkan individu mengalami stimulus overload (stimulus berlebihan) sehingga individu hnya melakukan adaptasi dengan cara memilih stimulus yang akan diterima dan member sedikit perhatian pada stimulus yang masuk. Hal ini dilakukan dengan menarik diri atau mengurangi kontak dengan orang lain, yang akhirnya dapat mempengaruhi perilaku menolong pada individu.

Contoh lain perilaku individu yang mengalami stres, yaitu :

  • Individu menjadi lebih sensitif dan mudah marah
  • Individu tidak bersemangat untuk melakukan aktivitas dan lebih sering terlihat diam dan murung.
  • Individu lebih suka menyendiri
  • Individu menarik diri dari lingkungan
  • Individu sering menunda ataupun menghindari pekerjaan/tugas
  • Individu mengkonsumsi narkoba atau minuman keras.

Sumber

Prabowo, Hendro. 1998. Arsitektur, Psikologi dan Masyarakat. Depok : Universitas Gunadarma.

http://id.wikipedia.org/wiki/Stres