Sabtu, 27 November 2010

penanganan dan relokasi bencana (peran psikologi kelompok dalam bencana)

Ø Awal Mula Bencana

Letusan eksplosif Gunung Merapi memeras air mata penduduk DI Yogyakarta dan Jawa Tengah. Peristiwa itu sangat mencekam, mengacaukan dan membawa korban tewas, puluhan sapi mati serta belasan rumah terbakar akibat awan panas atau runtuh akibat banjir lumpur.

Sejak letusan pertama 26 Oktober 2010, Merapi telah menyemburkan material vulkanik sekitar 100 juta meter kubik (m3). Sekitar 100 juta m3 material vulkanik itu menyebar ke sector selatan, barat daya, tenggara, barat dan utara yang diantaranya meliputi kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, serta Kabupaten Klaten, Boyolali dan Magelang di Jawa Tengah.

Berdasarkan observasi lapangan sementara petugas Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknolohi Kegunungapian (BPPTK), jarak luncur awan panas terjauh akibat letusan Merapi sepanjang 4/11-5/11 tercatat sejauh 14 kilometer di Dusun Bronggang, Cangkringan, Sleman, DIY. Akibat letusan itu tiga alat pencatat gempa BPPTK di stasiun Klatakan, Pusonglondon, dan Deles, rusak terkena awan panas.



Gelombang awan panas tak putus-putusnya keluar dari puncak beserta material letusan lava dan abu yang diiringi gemuruh. Puncaknya terjadi pada Jumat pukul 00.30. suara gelegar besar terdengar hingga radius 30 km dan hujan pasir hingga radius 15 km. hujan abu vulkanik juga terjadi hingga kota Yogyakarta yang berjarak lebih dari 30 km di selatan Merapi. Bahkan hingga kabupaten Tegal dan Brebes, Jawa Tengah.

Ø Penanganan bencana

Pasca bencana yang terjadi dapat membuat sebagian masyarakat mengalami stres, karena besarnya masalah gangguan jiwa dampak dari bencana yang mereka rasakan serta terlalu lama berada di daerah pengungsian dan yang ditakutkan mereka akan mengalami depresi berat, psikosis, atau bahkan kecemasan yang membuat para korban bencana tidak berdaya dalam menjalani hidup kembali seperti sebelumnya. “Terapi kelompok merupakan faktor atau aspek yang berpengaruh dan berperan terhadap proses perubahan yang dialami individu (Yalom, 1975)”. Terapi kelompok diharapkan dapat sedikit membantu seseorang yang mengikuti terapi, karena bertujuan untuk :

· Membangkitkan dan mendorong seseorang untuk tetap mau berusaha dan mampu bertahan dalam mengatasi masalah yang dihadapinya.

· Memberikan sebuah informasi bahwa bukan hanya dia saja yang mengalami masalah tetapi semua yang ada dalam 1 kawasan bencana mengalami permasalahan yang sama dalam arti mereka tidak sendiri.

· Satu sama lain belajar memberikan informasi tentang permasalahnya.

· Adanya proses saling menerima, membantu, memberi dukungan, meyakinkan, memberi saran, sharing tentang masalah yang sama untuk memberikan umpan balik hal tersebut sangat membantu karena setiap orang sebenarnya butuh untuk merasa dibutuhkan.

Dengan dilakukannya terapi kelompok diharapkan dapat memulihkan kondisi kejiwaan para korban bencana.

Dampak yang paling memprihatinkan juga terjadi pada tunas generasi bangsa atau anak-anak yang mengalami bencana, “Semua anak-anak berhak atas lingkungan yang dapat mengembangkan potensi-potensi mereka sampai ketingkat yang terbaik dan membuat mereka menjadi orang-orang yang bahagia. Disamping kasih sayang, anak-anak membutuhkan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan, bakat, dan kepribadian masing-masing. Oleh sebab itu harus diusahakan lingkungan memberikan berbagai kemungkinan yang tidak dapat atau tidak diberikan oleh orang tua (Scarr, 1996)”, tetapi bagaimana dengan anak-anak yang lingkungannya terkena bencana, mereka pasti mengalami trauma yang sangat mendalam dan diharapkan para relawan dapat menghibur anak-anak dengan mengajak mereka belajar sambil bermain, bercanda, dan tertawa bersama sekedar melihat mereka tersenyum melupakan permasalahan yang mereka rasakan agar dapat berkembang sebagai anak-anak yang bahagia serta dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya di masa mendatang.

Kerentanan terbesar terhadap trauma justru disandang oleh anak-anak dan remaja (Stortelder & Ploegmakers-Burg, 2010). Orang-orang dewasa bisa juga terkena dampak tapi pada umumnya anak-anak dan remaja dapat terkena dampak yang lebih buruk.

Otak dan jiwa anak-anak dalam lima tahun pertama kehidupan mereka sangat rentan untuk mengalami perubahan positif maupun negatif. Perubahan itu berulang ketika anak memasuki usia 12 tahun. Trauma yang tidak ditindaklanjuti dengan terapi yang sungguh-sungguh dapat mengakibatkan psikopatologi (kondisi otak dan jiwa bermasalah yang menyatakan dirinya dalam berbagai gangguan pikiran, gangguan perasaan dan gangguan perilaku personal maupun sosial).

Traumatik paling mendalam yang dialami oleh anak-anak dan remaja dalam bencana adalah kehilangan pengasuh utama (ibu, ayah, bibi, paman, guru dan orang-orang dekat lainnya). Melalui hubungan-hubungan yang bersifat empatetik dan penyubstitusian yang diresapi pengertian, penerimaan hangat dan kejujuran serta ditandai teladan-teladan yang baik, otak jiwa anak dan remaja bertumbuh kembang sehat meniti suatu perjalanan perubahan dahsyat baik pada struktur otak maupun pada fungsi-fungsi kejiwaan dan sosial.

Peristiwa trauma lain yang juga sangat mendasar adalah kehilangan rumah, kampung halaman, keluarga dan sekolah adalah tempat hidup utama bagi anak-anak dan remaja. Ditempat hidup itu mereka meniti perkembangan neuropsikososial menuju perwujudan kemampuan-kemampuan untuk hidup sehat dan baik secara biopsikososial. Ketika bencana menghilangkan rumah, kampong halaman, keluarga dan sekolah dari kehidupan mereka, mereka pun kehilangan kesempatan untuk mengalami perkembangan neuropsikososial yang sehat dan baik.

Kehilangan-kehilangan itu sekarang harus dipulihkan seoptimal mungkin. Simpati diwujudnyatakan sebagai program-program dan aksi-aksi nyata menghadirkan pengganti dari fungsi pengasuh utama yang hilang, juga rumah, kampong halaman, keluarga dan sekolah yang hilang dari anak-anak dan remaja dalam bencana.

Ø Relokasi Bencana

“Para korban diharapkan dapat membentuk suatu kumpulan dan bersama-sama bergabung untuk mencapai satu tujuan (Deutsch, 1959; mills, 1967)” yaitu membangun daerahnya kembali disebut kelompok-relation, kelompok yang memiliki identitas kelompok yang kuat atau keluarga besar serta memiliki kekompakan kelompok yang tinggi (kelompok sangat terpadu/kohesif). Oleh sebab itu harus ada yang menjadi “panutan atau pemimpin agar dapat mengarahkan atau mempengaruhi sebuah kelompok menuju suatu tujuan bersama (Hemphill & Coons, 1957:7)”.

Istilah relokasi tak muncul semena-mena setelah adanya bencana. Relokasi telah lahir sebagai wacana publik, setidaknya dikalangan media. Pemerintah yang dijadikan sebagai pemimpin diharapkan dapat memberi kejelasan yang pasti dalam membantu para korban bencana dan pemerintah juga berlaku sebagai pihak yang memfasilitasi program relokasi kolektif ini. Relokasi merupakan salah satu alternatif untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat yang tanahnya musnah terkena bencana, baik sebagian maupun seluruhnya, untuk menata kembali dan melanjutkan kehidupannya di tempat yang baru dan berada pada zona aman bencana.

Hak masyarakat kelompok yang harus dipenuhi atau dipertimbangkan pemerintah yang akan di relokasi adalah, pembangunan hunian sementara (huntara) pada keamanan relokasi dengan melihat titik-titik di daerah garis merah atau yang berada di radius 10-20 kilometer dari sumber bencana dengan pertimbangan bentuk rumah dan bangunan lain yang relevan, status hak atas tanah terhadap tanah dan bangunan yang telah diserah terimakan kepada masyarakat, diberikan kepastian dan perlindungan hukum berupa hak milik. Kelengkapan fisik lokasi pemukiman kembali, letak dekat dengan daerah aliran sungai, ketersediaan air bersih, akses jalan, pemanfaatan, dan kondisi lahan untuk memajukan perekonomian.

Relokasi yang relative diterima biasanya didukung tiga kondisi :

· Pertama. Pengetahuan umum yang menyatakan bahwa daerah yang tertimpa bencana alam itu tidak bisa dijadikan permukiman lagi.

· Kedua. Jaminan kepastian hak milik tanah

· Ketiga. Jaminan mata pencaharian yang sepadan dengan mata pencaharian di daerah asal.

Diharapkan apapun upaya yang dilakukan pemerintah serta peran kelompok dapat membantu dan mendukungan terhadap pemulihan tingkat kehidupan masyarakat kembali normal serta mengantisipasi dan meminimalkan dampak bencana di kemudian hari dengan menjaga lingkungan.

Sabtu, 30 Oktober 2010

Jurnal psikologi kelompok

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh ibu Inge Andriani dalam penyelesaian tugas softskiil “Psikologi Kelompok”.
Terimakasih untuk teman-teman terutama kelompok yang beranggotakan “Alzena Amanta, Nikmah Khumairoh, Nurul lailani, Putri Asih, dan juga Ratih nurwahyuningtyas” sudah meluangkan waktu untuk memberikan kelancaran dalam bentuk kerjasama walau banyak kendala yang dihadapi, maka akhirnya tugas ini dapat terselesaikan dan mudah-mudahan mendapatkan hasil yang memuaskan. Semoga segala kebaikan dan pertolongan semuanya mendapatkan berkah dari Allah SWT.
Akhir kata kami mohon maaf apabila masih banyak kekurangan dalam penyusunan tugas ini. Semoga penulisan ini dapat memberikan manfaat untuk para pembaca. Amin

Bekasi, Oktober 2010


LATAR BELAKANG
Kelompok adalah kumpulan orang yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi. Kelompok diciptakan oleh anggota masyarakat. Kelompok juga dapat mempengaruhi perilaku para anggotanya.
Menurut Johnson (Sarwono, 2005) kelompok adalah dua individu atau lebih yang berinteraksi tatap muka (face to faceinteraction), yang masing-masing menyadari keanggotaannya dalam kelompok, masing-masing menyadari keberadaan orang lain yang juga anggota kelompok, dan masing-masing menyadari saling ketergantungan secara positif dalam mancapai tujuan bersama.
Bebearapa ahli psikologi sosial seperti Durkheim dan Warriner berpandangan bahwa kelompok merupakan sesuatu yang riil yang dapat diperlakukan sebagai objek di dalam lingkungan kita (dalam Sarwono, 2005).
Bergabung dengan sebuah kelompok merupakan sesuatu yang murni dari diri sendiri atau juga secara kebetulan. Misalnya, seseorang terlahir dalam keluarga tertentu. Namun, ada juga yang merupakan sebuah pilihan. Dua faktor utama yang tampaknya mengarahkan pilihan tersebut adalah kedekatan dan kesamaan.
1. Kedekatan
Pengaruh tingkat kedekatan, atau kedekatan geografis, terhadap keterlibatan seseorang dalam sebuah kelompok tidak bisa diukur. Kita membentuk kelompok bermain dengan orang-orang di sekitar kita. Kita bergabung dengan kelompok kegiatan sosial lokal. Kelompok tersusun atas individu-individu yang saling berinteraksi. Semakin dekat jarak geografis antara dua orang, semakin mungkin mereka saling melihat, berbicara, dan bersosialisasi. Singkatnya, kedekatan fisik meningkatkan peluang interaksi dan bentuk kegiatan bersama yang memungkinkan terbentuknya kelompok sosial. Jadi, kedekatan menumbuhkan interaksi, yang memainkan peranan penting terhadap terbentuknya kelompok pertemanan.


2. Kesamaan
Pembentukan kelompok sosial tidak hanya tergantung pada kedekatan fisik, tetapi juga kesamaan di antara anggota-anggotanya. Sudah menjadi kebiasaan, orang leih suka berhubungan dengan orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya. Kesamaan yang dimaksud adalah kesamaan minat, kepercayaan, nilai, usia, tingkat intelejensi, atau karakter-karakter personal lain. Kesamaan juga merupakan faktor utama dalam memilih calon pasangan untuk membentuk kelompok sosial yang disebut keluarga.



DATA JURNAL
1. JURNAL KOHESIFITAS SUPORTER TIM SEPAK BOLA PERSIJA

a. Sejarah Pembentukan Kelompok
Persija singkatan dari Persatuan Sepak Bola Jakarta adalah sebuah klub sepak bola Indonesia yang berbasis di Jakarta dan memiliki julukan Macan Kemayoran. Persija saat ini bermain di Divisi Utama Liga Indonesia.
Persija didirikan pada tahun 1928, dengan cikal bakal bernama Voetbalbond Indonesish Jakarta (VIJ). VIJ merupakan salah satu klub yang ikut mendirikan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) dengan keikutsertaan wakil VIJ, Mr.Soekardi dalam pembentukan PSSI di Societeit Hadiprojo Yogyakarta, Sabtu 19 April 1930 (Wikipedia,2007).
The Jakmania adalah kelompok suporter pendukung tim sepak bola Persija yang terbentuk karena suatu alasan, yaitu samasama mendukung tim sepak bola Persija dan berupaya untuk mengorganisir para supporter Persija. The Jakmania berdiri sejak Liga Indonesia IV, tepatnya 19 Desember 1997. Pada awalnya The Jakmania hanya terdiri dari 100 orang, dengan pengurus sebanyak 40 orang. Ketika dibentuk, dipilihlah figur yang dikenal di mata masyarakat. Gugun Gondrong merupakan sosok yang paling dikenal saat itu dan memimpin The Jakmania pada periode 1999-2000. Seiring dengan berjalannya waktu masa kepemimpinan Gugun Gondrong digantikan oleh Fery Indrasjarief yang memimpinselama 3 periode. Pada masa kepemimpinan Fery, The Jakmania berhasil mendapatkan anggota sebanyak 30.000 dari 50 Koordinator Wilayah (Wikipedia, 2007).
Kelompok yang ada dalam The Jakmania
• Jak On Air yaitu kelompok yang bekerja sama dengan Radio Utan Kayu yang setiap seminggu sekali mendatangkan pemain pemain Persija,
• Jak Angel yaitu kelompok perempuan yang mendukung tim Persija,
• Jak Online yaitu kelompok yang mempunyai kegiatan untuk memberikan fasilitas informasi tentang Persija melalui jalur internet,
• Jak Scooter yaitu kelompok pengguna kendaraan vespa yang mendukung Persija, dan
• Jak Adventure adalah kelompok suporter yang mendukung persija saat bertanding di kandang lawan (Wikipedia, 2007).
• Kelompok-kelompok kecil ini memiliki aktifitas seperti berangkat bersamasama dari suatu tempat menuju stadion tempat lokasi pertandingan Persija dan pulang bersama-sama menuju tempat asal.
• Kelompok The Jak Kukusan merupakan salah satu kelompok kecil yang tidak tercatat berdasarkan pembagian kelompok diatas.

b. Prestasi Persija
Klub Sepak Bola Persija memiliki stadion yang terletak di Lebak Bulus, Jakarta, yang memiliki kapasitas berjumlah 30.000 penonton. Klub ini mendapatkan mendapatkan perhatian yang besar dari Gubernur Jakarta waktu itu ,Sutiyoso yang merupakan Pembina Persija. Keberadaan Persija dalam kancah Liga Indonesia memiliki banyak prestasi, di antaranya:
a) 1931 Juara – VIJ Jakarta ( nama awal Persija)
b) 1933 Juara – VIJ Jakarta
c) 1934 Juara – VIJ Jakarta
d) 1938 Juara – VIJ Jakarta
e) 1964 Juara – Persija Jakarta
f) 1974 Juara – Persija Jakarta
g) 1975 Persija Jakarta dan PSMS Medan (juara bersama)
h) 1977 Juara – Persija Jakarta
i) 1979 Juara – Persija Jakarta
j) 1990 Divisi Utama Peringkat 10
k) 1995 Peringkat 12 Wilayah Barat
l) 1995 Peringkat 13 Wilayah Barat
m) 1996 Peringkat 10 Wilayah Barat
n) 1998 4 Besar Liga Indonesia
o) 1999 4 Besar Liga Indonesia
p) 2001 Juara Liga Bank Mandiri
q) 2002 8 Besar Liga Bank Mandiri
r) 2003 Peringkat 7 Liga Bank Mandiria
s) 2004 Peringkat 3 Liga Bank Mandiri
t) 2005 Runner-Up Liga Indonesia
u) 2005 Runner-Up Copa Indonesia
v) 2006 Liga Indonesia 8 Besar
w) 2006 Copa Indonesia Juara
c. Konflik kelompok
• Agresivitas sebagai reaksi terhadap gangguan dari luar.
• Evaluasi yang berlebihan tentang keunggulan atau ketidakmampuan seeorang dibandingkan anggota kelompok lainnya.
• Persepsi tentang kesamaan antar pribadi dalam hal sikap, perilaku, dan kepribadian.
• Konformitas pada standar kelompok yang bersangkutan dengan sikap dan penampilan

2. JURNAL UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI MAHASISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN MATA KULIAH SOSIOLOGI PENDIDIKAN MELALUI METODE PEER TEACHING DAN BRAINSTORMING

a. Sejarah Kelompok
Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Jenderal Soedirman sebagai salah satu unsur atau elemen Sistem Pendidikan Nasional, tidak terlepas dari berbagai permasalahan selama proses pembelajaran. Salah satu permasalahan yang dihadapi adalah tingginya rasio antara dosen dan mahasiswa yaitu 1 : 80. Artinya, kelas yang terbentuk adalah kelas besar yang menyebabkan suasana kelas tidak kondusif. Salah satu mata kuliah yang diajarkan di Jurusan Sosiologi adalah Sosiologi Pendidikan. Mata kuliah ini termasuk dalam kelompok Mata Kuliah Wajib yang diberikan di semester IV dengan bobot 2 SKS. Mata kuliah Sosiologi Pendidikan bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan pengertian dasar kepada mahasiswa mengenai cara berpikir secara teoritis dan teknis untuk melihat hubungan antarmanusia dalam proses pendidikan.


b. Konflik yang dihadapi
Permasalahan mendasar yang dihadapi Peneliti sebagai tim teaching Sosiologi Pendidikan adalah masih kurangnya partisipasi mahasiswa selama kuliah berlangsung. Meskipun tim teaching sudah menggunakan metode diskusi kelompok dan diskusi kelas, namun tingkat partisipasi mahasiswa dalam kuliah masih rendah. Kekurangaktifan mahasiswa tersebut, bisa disebabkan oleh banyak faktor. Faktor–faktor tersebut di antaranya adalah mahasiswa kurang memahami materi yang disampaikan dosen, adanya perasaan takut dalam diri mahasiswa (karena kurang terbiasa) serta adanya perasaan takut salah yang kemudian mengakibatkan mahasiswa menjadi minder atau trauma jika ia menjawab pertanyaan pada saat diskusi.
Atas dasar itulah, salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah dengan mengintensifkan kegiatan diskusi kelompok mahasiswa baik di luar (diskusi secara mandiri) maupun pada saat kuliah berlangsung. Langkah ini ditempuh untuk meningkatkan partisipasi mahasiswa dalam proses pembelajaran Sosiologi Pendidikan. Langkah ini juga ditempuh untuk meningkatkan interaksi antara dosen-mahasiswa dan interaksi antarmahasiswa. Metode diskusi yang diharapkan dapat meningkatkan partisipasi mahasiswa di kelas, ternyata belum dapat terwujud dalam proses pembelajaran Sosiologi Pendidikan di Jurusan Sosiologi. Kendala yang dihadapi tim teaching selama proses diskusi tersebut adalah jumlah peserta kuliah yang sangat besar (lebih dari 80 mahasiswa), sehingga suasana kelas yang terbentuk menjadi tidak kondusif.
Tantangan yang harus dihadapi tim teaching juga harus banyak meluangkan waktu. Cara mengatasinya adalah tim teaching akan selalu mengadakan koordinasi antaranggota sehingga setiap anggota dapat saling menggantikan. Selain itu, juga perlu disusun jadwal diskusi secara bergiliran. Materi kuliah juga perlu diperhatikan. Hal ini dilakukan untuk menjaga agar tematema diskusi merupakan tema-tema yang aktual dan up to date. Tema yang aktual akan lebih menarik minat mahasiswa untuk membahas dan mendiskusikannya. Sumber belajar selalu dikembangkan, agar mahasiswa akan lebih mudah mengakses materi kuliah serta dapat mengembangkannya secara mandiri sehingga mahasiswa tidak selalu tergantung pada dosen. Metode brainstorming juga menjadi metode utama, mengingat dengan metode ini mahasiswa diharapkan akan lebih dinamis. Interaksi antarmahasiswa juga dapat dipertahankan dengan metode ini. Metode brainstorming juga dilakukan untuk menjaga agar proses pembelajaran tidak terkesan monoton.

c. Prestasi yang dihasilkan
• Mahasiswa bisa berbicara di depan umum, juga dapat meningkatkan kepercayaan diri mahasiswa.
• Perubahan perilaku dalam diri mahasiswa, yaitu perubahan karakter mahasiswa yang pasif menjadi lebih aktif di kelas.
• Meningkatkan partisipasi mahasiswa selama proses pembelajaran.

3. JURNAL PENGGUNAAN DAN EFEKTIVITAS MENGATASI STRES DALAM OLAHRAGA ANTARA OLAHRAGAWAN AUSTRALIA DAN INDONESIA (Use and Effectiveness of Coping with Stress in Sport Among Australian and Indonesian Athletes)

a. Sejarah Kelompok
Salah satu bidang psikologi olahraga coping literatur terus membutuhkan tambahan penelitian menyangkut pengaruh budaya penelitian. Penelitian lintas budaya membantu dalam menentukan temuan generalisability, dan memberikan dasar untuk perbandingan dengan budaya mainstream (Duda & Allison, 1990). Dalam sebuah penelitian yang jarang di daerah ini, Anshel, Williams dan Hodge (1997) meneliti budaya (Amerika Serikat [AS] dan Australia) perbedaan dalam menghadapi peristiwa stres dalam olahraga. Para peneliti menemukan bahwa kelompok (budaya) perbedaan menyumbang 95% dari total dispersi. Menentukan bahwa latar belakang budaya seorang atlet dapat mempengaruhi persepsi mereka dan tanggapan afektif terhadap stres harus menghasilkan kepekaan yang lebih besar untuk kelompok dan karakteristik budaya dalam pembinaan dan dalam mengembangkan intervensi manajemen stres. Perbedaan budaya dalam menghadapi telah diperiksa mengenai sumber stres dan coping strategi antara pejabat olahraga (misalnya, Anshel & Weinberg, 1995, 1996; Rodafinos € Kaissidisâ ', Anshel, & Sideridis, 1998). Dalam studi budaya gaya pelatihan, Chelladurai, Imamura, Yamaguchi, Oinuma, dan Miyauchi (1988) menemukan bahwa atlet Jepang)) disebut gaya kepemimpinan yang lebih otokratis, sedangkan atlet Kanada ingin lebih banyak pelatihan dan instruksi dari pelatih mereka.
Studi tentang efektivitas coping dalam olahraga, khususnya yang berkaitan dengan perbandingan budaya, telah sedikit. Dalam satu studi psikologi olahraga rue memeriksa efektivitas coping, atlet Dugsdale, Eklund, dan Gordon (2002) diminta untuk menilai efektivitas strategi penanganan yang mereka telah digunakan untuk mengatasi dengan pengalaman mereka yang paling stres stres berikut yang diharapkan dan tak terduga. Dalam literatur psikologi umum, Aldwin dan Revenson (1987) dan Zeidner dan Saklofske (1996) berpendapat bahwa inkonsistensi temuan penelitian tentang efektivitas mencerminkan mengatasi masalah konseptual dasar dalam pengukuran coping. Hubungan antara coping dan hasil diukur "tanpa memeriksa langkah antara penting, apakah usaha mengatasi berhasil dalam mencapai tujuan individu".
Apakah kecenderungan coping yang efektif sebagai fungsi dari jenis stressor memiliki nampaknya belum sebelumnya diperiksa dalam olahraga kompetitif. Penilaian efektivitas coping dalam penelitian ini alamat daerah ini hampir diabaikan untuk mengatasi dalam sastra olahraga. Hal ini sangat penting mengingat penggunaan umum strategi coping maladaptif yang biasa digunakan dalam olahraga yang sering menghambat kualitas kinerja (misalnya, permusuhan terhadap lawan, kemarahan diarahkan selfâ € ', berdebat dengan pejabat game). Selain itu, sementara peneliti sebelumnya telah difokuskan pada stres yang telah berpengalaman selama kontes olahraga, telah terjadi tidak tampak dari penelitian sebelumnya memeriksa peristiwa stres yang terjadi sebelum acara kompetitif.
Dengan demikian, tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk membandingkan digunakan (frekuensi) dan efektivitas yang dirasakan dari strategi coping sebelum (permainan) dan selama (game) olahraga kompetitif kontes sebagai fungsi budaya, khususnya, di antara Australia dan Indonesia pria dan wanita atlet. Itu adalah hipotesis bahwa penggunaan strategi penanganan yang berpengalaman sebelum dan selama acara olahraga kompetitif akan signifiÂcantly berbeda sebagai fungsi dari dua faktor, jenis stresor dan budaya. Berdasarkan literatur terkait yang masih ada, perbedaan antara budaya terhadap efektivitas coping juga diprediksi.
b. Prestasi
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan peserta laki-laki dan perempuan dari dua Negara (Indonesia dan Australia). Dimana dalam tingkat lokal 52 untuk Australia dan 35 untuk Indonesia), regional 62 untuk Australia dan 83 untuk Indonesia dan dalam negara bagian / tingkat propinsi 22 untuk Australia dan 29 untuk Indonesia. Olahraga yang dipertandingkan adalah hoki lapangan (N = 74), softball (N = 72), basket (N = 70), voli (N = 58), dan baseball (N = 9). Untuk tujuan perbandingan budaya, bisbol dipandang sebagai sebanding dengan softball sehubungan dengan tuntutan tugas, keterampilan, dan situasi permainan (Magill, 2001). Para pelatih tim di organisasi-organisasi ini setuju untuk terlibat dalam studi atas nama atlet. Penelitian, kemudian. terdiri dari total 283 atlet, termasuk 136 Australia (M = 20.3 yrs, SD = 0,71), 68 laki-laki dan 68 perempuan, dan 147 Indonesia (M = 22.5, = 0,98 SD), 78 laki-laki dan 69 perempuan. Tingkat pengalaman di tingkat saat ini kompetisi olahraga adalah 3,9 yrs. (SD = 87) dan 2,9 yrs. (SD = 1,01), untuk Australia dan Indonesia, masing-masing.
Item ini dikategorikan menggunakan analisis isi deduktif (DCA) berdasarkan analisis independen dari dua peneliti studi ini, diikuti oleh konsensus 100%. DCA melibatkan penggunaan yang telah ditentukan set tema, kategori, atau kerangka kerja konseptual untuk mengatur kutipan diperoleh dalam wawancara pribadi (Patton, 1990). DCA sudah sesuai dalam penelitian ini karena menanggulangi persediaan multidimensi (Carver et al, 1989.), Ukuran menghadapi peristiwa stres, menjabat sebagai kerangka kerja konseptual dari yang laporan para atlet '(yaitu, mereka menggunakan strategi coping) adalah dikategorikan.
Langkah-langkah yang digunakan yaitu :
• Terfokus coping (coping aktif, perencanaan, penekanan kegiatan bersaing, menahan diri mengatasi, mencari dukungan sosial instrumental)
• Aspek mengukur lima skala dari apa yang mungkin dipandang sebagai emotionâl 'fokus coping (mencari dukungan sosial emosional, reinterpretasi positif, penerimaan, penolakan, beralih ke agama), dan
• Tiga skala mengukur coping respon yang dikatakan kurang berguna (fokus dan ventilasi dari emosi, perilaku dan mental bercerai) "(hal. 267). Instrumen COPE telah digunakan untuk mengukur coping dalam studi olahraga sebelumnya diterbitkan psikologi (misalnya, Dugsdale et al, 2002;. Gould et al, 1993.).
Hasil yang diperoleh :
• Para atlet 'strategi penanganan yang mencerminkan enam dimensi et al Carver.' S COPE, aktif coping (yaitu, meningkatkan upaya seseorang),
• Menahan diri (yaitu, menahan diri kembali dari tindakan prematur dengan menunggu kesempatan yang tepat),
• Penerimaan (misalnya, mengakui bahwa stressor adalah bagian dari olahraga; ada lagi yang bisa dilakukan),
• Penolakan (yaitu, penolakan untuk percaya pada stressor yang ada, atau bahwa stressor harus diabaikan atau tidak penting),
• Mencari dukungan sosial karena alasan emosional (misalnya, mencoba untuk mendapatkan simpati, nasihat, atau pengertian dari orang lain), dan
• Ventilasi emosi (misalnya, bertindak agresif terhadap lawan atau secara lisan mengungkapkan frustrasi).

Faktor budaya dapat menentukan cara di mana seorang individu melihat dan menanggapi peristiwa stres. Sebagai contoh. dalam studi mereka tentang pengaruh budaya terhadap perilaku sosial, Storey, Spitzer, Nebesky, Lyon, dan Wheeler (1992) dan Triandis (1994) menemukan bahwa Indonesia lebih mungkin untuk mengekspresikan kesopanan dan lebih "halus" dalam mengungkapkan ketidaksetujuan atau keberatan dari yang lain budaya. Demikian pula, Kornadt (1991) menemukan bahwa remaja Indonesia cenderung untuk mencerminkan kesalahan mereka sendiri. kesedihan, dan frustrasi yang dihitung untuk Eropa remaja, sedangkan Passchier et al. (1991) menyimpulkan bahwa Indonesia lebih cenderung kerjasama nilai dan mencapai konsensus daripada memperoleh tujuan individu, dibandingkan dengan budaya Barat. Dalam studi lintas budaya terkait, Chelladurai et al. (1988) melaporkan bahwa atlet laki-laki Jepang lebih suka menggunakan dukungan sosial sebagai strategi coping dibandingkan dengan rekan-rekan Kanada mereka. Secara keseluruhan, temuan ini sebagian dapat menjelaskan perbedaan budaya dalam menghadapi dalam olahraga.

c. Konflik yang dihadapi
Ada keterbatasan dalam studi ini yang harus dibahas dalam penelitian di masa mendatang di daerah ini. Sebagai contoh, Zeidner dan Sakiofske (1996) berpendapat bahwa efektivitas operasional dianggap harus didefinisikan untuk responden karena itu adalah "kedua contextâ € 'tertentu dan terkait dengan pertemuan khusus" dan bahwa "keberhasilan coping ditentukan oleh efek dan hasil tertentu dalam situasi ". Persepsi yang atlet efektifitas dalam penelitian ini tidak kontrol faktor-faktor kontekstual dan definisi operasional. Salah satu implikasi dari hasil saat ini adalah perlu untuk menyelidiki hubungan antara frekuensi dengan yang dipilih atlet menggunakan strategi mengatasi dan efektivitas yang dirasakan menggunakan strategi tersebut sebagai fungsi dari sumber stres.
Keterbatasan lain dalam penelitian ini, menjadi perhatian umum di sebagian besar mengatasi dalam studi olahraga (Crocker et al, 1998.), Adalah konteks situasional (misalnya, saat musim, status kontes) di mana data mengatasi diperoleh. Kemungkinan bahwa penilaian peristiwa stres dan penggunaan selanjutnya strategi coping mungkin berbeda sebagai fungsi dari karakteristik situasional olahraga kompetitif (Newcombe & Boyle, 1995). Meskipun kumpulan data dari studi ini bagi semua kelompok yang diperoleh selama bagian tengah musim masing-masing, dirasakan pentingnya kontes tertentu dan perubahan seiring mungkin dalam intensitas tegangan tidak terkontrol. perbandingan gender juga diperlukan dalam penelitian masa depan pada mengatasi dalam olahraga diberikan ukuran sampel yang tepat untuk mengatasi Tipe I kesalahan. Penelitian tambahan adalah deeded untuk menguji efektivitas dalam meningkatkan pemahaman kita mengenai proses penanggulangan dalam olahraga kompetitif. Sebuah model konseptual yang dikembangkan oleh Anshel, Kim, Kim, Chang, dan Dapatkan (2001) mungkin menyediakan satu kerangka kerja konseptual di mana untuk mengatasi perbedaan individu dalam mengatasi stres dalam olahraga.

4. JURNAL INTEGRASI PRAKASA DI CSIRO: REFLEKSI DARI INSIDER
a. Sejarah Pembentukan Kelompok

Terbentuk sejak 1916 saat itu sebagai Dewan Penasehat Sains dan Industri dan pada tahun 1926 CSIRO dibentuk dan merupakan lembaga ilmu pengetahuan nasional Australia. Akronim CSIRO sekarang resmi nama organisasi, tetapi awalnya itu berdiri untuk Persemakmuran Organisasi Penelitian Ilmiah dan Industri. Saat itu ada sekitar 6.700 staf, 4.300 staf ini adalah penelitian para ilmuwan atau staf yang khusus berkaitan dengan proyek-proyek penelitian.
CSIRO berurusan dengan masalah kesehatan Australia melalui ekosistem dan pengelolaan tanah untuk industri. Penelitiannya dilakukan di kedua perkotaan dan pedesaan pengaturan. Untuk alasan ini, CSIRO dan ilmuwan profesional dengan berbagai disiplin latar belakang, mewakili ilmu pengetahuan alam, teknik, dan ilmu sosial.
CSIRO saat ini memiliki 21 divisi, yang dianggap sebagai unit bisnis terpisah. Secara tradisional divisi ini cenderung diselenggarakan sepanjang jalur disiplin dan difokuskan pada isu-isu tertentu (misalnya atmosfer, lautan, gizi manusia, atau kehutanan). Namun struktur ini terus dalam peninjauan sebagai organisasi, menanggapi persyaratan yang relevan dengan isu-isu kontemporer sebagai bagian dari respon ini telah ada kecenderungan terhadap lebih banyak riset multidisiplin dan terpadu.
b. Prestasi
CSIRO sejauh ini dapat menciptakan holistik pemecahan masalah yang diberikan manajemen tradisional struktur berdasarkan kombinasi dari disiplin ilmu biofisik, dan aspirasi untuk menghasilkan "ilmu yang hebat."
CSIRO juga berfokus pada penyediaan solusi holistik untuk masalah utama Australia.
Sebagai contoh, organisasi berharap untuk alamat pengelolaan sumber daya alam yang signifikan
masalah Australia dengan menggabungkan kebijaksanaan beragam disiplin ilmu.



KESIMPULAN

1. Metodologi Penelitian atau Tahap-tahap Penelitian
Menurut Usman dan Purnomo (2006) tahap persiapan dan pelaksanaan dalam penelitian kualitatif meliputi beberapa tahap:
a) Studi Pendahuluan
Pada tahap ini studi pendahuluan berguna untuk menjajaki keadaan di luar lapangan, dimana peneliti harus mengetahui masalah apa yang layak dan penting untuk diteliti. (Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan kegiatan untuk melihat kelayakan dan kepatutan dari masalah yang akan diteliti pada kelompok yang bersangkutan disertai adanya konsultasi dan bimbingan dari dosen pembimbing.)
b) Pembuatan Pradesain
Penelitian Pada tahap ini penelitian tidak bertujuan untuk menguji atau membuktikan teori seperti dalam metode kuantitatif, melainkan peneliti harus dapat mengembangkan teori yang akhirnya menemukan teori baru berdasarkan data yang didapatkan dilapangan.
c) Seminar Pradesain
Pada tahap ini seminar berguna untuk mendapatkan umpan balik terhadap hal-hal yang perlu mendapatkan perbaikan. Setelah pradesain selesai dibuat, maka perlu diseminarkan atau meminta persetujuan pembimbing, barulah peneliti terjun kelapangan untuk mengumpulkan data yang relevan. (Peneliti melakukan seminar di depan kelas, di hadapan dosen pembimbing dan rekan kuliah. Seminar ini dilakukan pada saat mata kuliah seminar studi kasus.)
d) Memasuki Lapangan
Pada tahap ini langkah awal peneliti adalah memilih lokasi situasi sosial yang mengandung;
a. Tempat adalah wadah dimana manusia melakukan kegiatan tertentu.
b. Pelaku adalah semua orang yang terdapat dalam wadah tertentu.
c. Kegiatan adalah aktivitas yang dilakukan dalam wadah tertentu.
e) Pengumpulan data
Pada tahap ini data yang dikumpulkan oleh peneliti meliputi tempat, pelaku, dan kegiatan yang diperoleh dari lapangan.
f) Analisis Data
Pada tahap ini data yang diperoleh dari lapangan harus segera dianalisis setelah dikumpulkan dan dituangkan dalam bentuk laporan lapangan.

2. Teknik Pengumpulan Data
Pada jurnal 1: Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tipe wawancara terbuka. Hal ini akan memungkinkan peneliti untuk memiliki panduan dalam mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan hal yang diteliti, namun pada saat yang bersamaan tetap fleksibel, itu semua tergantung pada perkembangan dan situasi dalam wawancara

Pada jurnal 2: Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tipe wawancara terbuka dan tertutup. Hal ini karena wawancara digunakan dengan tujuan umtuk memperoleh masukan atau umpan balik dari mahasiswa guna memperbaiki kualitas proses pembelajaran. Tes Formatif dan Ujian juga digunakan untuk mengetahui tingkat penguasaan materi oleh mahasiswa pada materi tertentu.

Pada jurnal 3: Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tipe wawancara terbuka. Dimana subjek mengetahui bahwa ia sedang diwawancarai dan mengetahui pula apa maksud dan tujuan wawancara itu. Para atlet diminta untuk menunjukkan tingkat stres mereka yang dialami sebelum dan selama permainan, dinilai skala mulai dari I (Tidak di semua stres) sampai 5 (Sangat stres).

Pada jurnal 4: Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tipe wawancara terbuka. Hal ini akan memungkinkan peneliti untuk memiliki panduan dalam mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan hal yang diteliti.

 Observasi
Pada jurnal 1: Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik observasi partisipasi dimana peneliti terlibat langsung secara aktif dalam objek yang diteliti sehingga memungkinkan informasi yang diperoleh dapat lebih maksimal dan diharapkan akan membantu dalam penelitian.

Pada jurnal 2: Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik observasi eksperimental dimana peneliti menghadirkan situasi yang disiapkan sedemikian rupa untuk meneliti sesuatu yang dicobakan.

Pada jurnal 3: Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik observasi sistematis dimana observasi ini sudah ditentukan terlebih dahulu kerangkanya, kerangka itu memuat faktor-faktor yang akan diobservasi menurut kategorinya.

Pada jurnal 4: Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik observasi eksperimental dimana peneliti menghadirkan situasi yang disiapkan sedemikian rupa untuk meneliti sesuatu yang dicobakan.

3. Uji Keakuratan
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa uji keakuratan, antara lain:
a) Uji Kredibilitas
Kredibilitas adalah kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif. Untuk mencapai kredibilitas dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan mengunakan proses triangulasi dan meningkatkan ketekunan (keajegan pengamatan). Menurut Wiersma (dalam Sugiyono, 2007) triangulasi adalah pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Patton (dalam Moleong, 2007) mengemukakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan, yaitu:
• Triangulasi Sumber: Membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.
• Triangulasi Metode: Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.
• Triangulasi penyidik: Adanya pengamat diluar peneliti untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Adanya pengamat lain membantu mengurangi kemelencengan dalam pengumpulan data.
• Triangulasi Teori: Pengunaan berbagai teori yang berlainan untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan sudah memenuhi syarat.

b) Uji Dependability
Dependability adalah uji yang dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Cara untuk melakukan dependability adalah dilakukan oleh auditor yang independen atau pembimbing mengaudit keseluruhan aktifitas peneliti dalam melekukan penelitian (bagaimana peneliti mulai menentukan masalah atau fokus, memasuki lapangan, menentukan sumber data, sampai membuat kesimpulan dapat ditunjukan oleh peneliti).

c) Uji Confirmability
Confirmability adalah menguji hasil penelitian yang dikaitkan dengan proses yang dilakukan.

4. Hasil
Pada jurnal 1:
• Kohesivitas individu dalam kelompok kecil The Jakmania.
Berdasarkan penelitian kohesivitas dalam kelompok tersebut seperti, aktifitas kelompok dalam komunitas (main bola bareng adalah salah satu kegiatan TheJak kukusan, berkumpul setiap hari), aktifitas kelompok kecil (pulang pergi bersama saat menonton pertandingan Persija secara langsung, patungan), proses pengambilan keputusan (berdiskusi untuk menentukan keputusan yang terbaik, setiap anggota mempunyai solusi), identitas kelompok (menggunakan atribut Persija, baju, logo, shal), kohesivitas kelompok di luar lapangan (berkumpul diwarung ujung gang, dalam perjalanan kelompok menyanyikan yel-yel bersama), kohesivitas kelompok dilapangan (kelompok bergabung dengan The Jak yang lain, kelompok bernyanyi bersamasama, merayakan gol bersama, merayakan kemenangan bersama).
• Faktor-faktor yang menyebabkan kohesivitas individu dalam kelompok kecil The Jakmania.
Selain dapat melihat kohesivitas dalam kelompok tersebut, peneliti juga dapat melihat faktor-faktor yang menyebabkan kohesivitas individu dalam kelompok kecil The Jakmania. Pertama, latar belakang kelompok yaitu teman nongkrong (jarak rumah yang berdekatan menyebabkan anggota mudah bertemu), jumlah anggota (dengan anggota yang berjumlah 10 orang menyebabkan setiap individu dapat mengenal lebih dalam dengan anggota kelompok), tujuan yang sama (setiap anggota dalam kelompok memiliki keinginan yang sama yaitu ingin tim yang didukungnya menang).
Kedua, aktivitas dan kegiatan kelompok seperti main bola bareng (setiap anggota kelompok memiliki kegiatan sehari-hari bersama kelompok seperti main bola bareng dan aktivitas tersebut dapat meningkatkan kekompakkan), nonton bola bareng (kelompok memiliki kegiatan lain seperti nonton Liga Champion bersama anggota kelompok dan aktifitas tersebut dapat meningkatkan kekompakan, karena setiap anggota dapat saling bertemu). Ketiga kebersamaan kelompok seperti proses menumbuhkan keterikatan (pada saat berkumpul, anggota kelompok bercanda gurau dan tertawa bersama sehingga aktifitas ini dapat meningkatkan keterikatan antara anggota kelompok), saling membantu dan menolong (setiap anggota The Jak saling membantu jika ada yang kesusahan dan setiap anggota The Jak harus saling menolong, perilaku tersebut dapat meningkatkan kekompakkan dan kebersamaan setiap anggota).
Kegiatan-kegiatan seperti inilah yang menyebabkan adanya keterkaitan antara dua hal yaitu kohesivitas dalam kelompok tersebut dan faktor-faktor yang menyebabkan kohesivitas individu dalam kelompok kecil The Jakmania yang saling berkesinambungan.
Pada jurnal 2:
Secara keseluruhan, implementasi PTK sudah mencapai target yaitu meningkatkan partisipasi mahasiswa selama proses pembelajaran. Partisipasi dilihat dari jumlah dan frekuensi mahasiswa memberikan komentar atau pertanyaan selama diskusi kelompok maupun diskusi kelas. Selain itu, dosen juga menilai kualitas/bobot komentar yang disampaikan mahasiswa. Selama diskusi kelompok, 60-75% mahasiswa sudah turut berperan aktif. Hal ini ditunjukkan rata-rata jumlah mahasiswa yang aktif dalam setiap diskusi kelompok adalah antara 7 sampai 8 mahasiswa per kelompok. Apabila dibandingkan dengan jumlah pada diskusi pertama sampai terakhir, jumlah ini cenderung meningkat, meskipun angka ini tidak mencapai angka 100%.
Proses diskusi kelas secara umum sudah dapat memotivasi mahasiswa untuk aktif. Rata-rata jumlah mahasiswa yang aktif selama enam kali diskusi kelas sebesar 15.3%. Hasil ujian utama menunjukkan data bahwa mahasiswa yang aktif selama diskusi cenderung untuk memperoleh nilai A atau B. Indikator nilai ujian utama ini juga menunjukkan keberhasilan PTK ini, yaitu sebesar 85.9 % memperoleh nilai A atau B.
Pada jurnal 3:
• Gunakan dan variabel Efektifitas 'permainan Strategi Coping
Hasil penelitian menunjukkan pengaruh utama yang signifikan terhadap frekuensi menggunakan strategi coping untuk masing-masing dari tujuh stres pregame. menunjukkan berbagai tingkat keandalan item untuk mengatasi respon. Tes F univariat (semua DFS = 1.279) menunjukkan perbedaan budaya pada penggunaan beberapa strategi coping.
• Penggunaan dan Efektivitas Dianggap Strategi Terkait Mengatasi
Strategi penanganan yang serupa berikut sembilan stres yang dialami selama pertandingan dihitung sama dengan stres permainan. Hasil MANOVA menunjukkan perbedaan budaya dalam penggunaan strategi untuk mengatasi semua sumber stres gamerelated.
Untuk efektivitas coping, hasil MANOVA terhadap efektivitas strategi terkait dirasakan menghadapi mengungkapkan pengaruh utama yang signifikan untuk masing-masing dari sembilan sumber stres. Perbedaan signifikan budaya pada efektifitas mengatasi ditemukan. Alpha Cronbach berkisar 0,77-0,92, menunjukkan sedang hingga konsistensi tinggi untuk mengatasi item dalam stres.
Pada jurnal 4:
Studi kasus CSIRO, masalah yang diangkat mirip dengan yang ada di program multidisiplin Eropa dan isu-isu sekitarnya multidisiplin medis penelitian di Amerika Serikat. Isu yang diangkat dalam batas-batas dari CSIRO adalah kompatibel dengan tren diidentifikasi oleh Nowotny dan rekan dalam menggambarkan Mode 2 pengetahuan (Nowotny, Scott, & Gibbons, 2001). CSIRO mengembangkan penelitian terintegrasi atau "satu CSIRO" pendekatan untuk memecahkan masalah belajar untuk mencapai tujuan.

DAFTAR PUSTAKA

Achapelle, L., McCool, S. F., & Patterson, M. E. (2003). Barriers to effective natural resources planning in a “messy” world. Society & Natural Resources, 16, 473-490.

Ahmadi, A. (2002). Psikologi sosial. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Aldwin, C.. & Revenson, T.A. (1987). Does coping help? A reexamination of the relation between coping and menial health. Journal of Personality and Social Psychology, 53, 337‑348.
Black, J. A., & Champion, D. J. (2001). Metode dan masalah penelitian sosial. Bandung: PT. Refika Aditama.
Carver, C.S., Scheier, M.F., & Weintraub, J.K. (1989). Situational coping and coping dispositions on a stressful transaction. Journal of Personality and Social Psychology, 66, 184‑195.dalam Analisis CSIS Tahun XXIV/2000 Nomor 2. CSIS, Jakarta.
CSIRO (2003). The Wagerup air quality study: A research proposal. Melbourne: Author.

CSIRO (2004). Annual Report: 2003-04. Retrieved August 31, 2005 from http://www.csiro.au/proprietaryDocuments/CSIROAnnualReport2003to2004.pdf

Freire, Paulo. 2002, Politik Pendidikan: Kebudayaan, Kekuasaan dan Pembebasan, Pustaka pelajar, Yogyakarta (terjemahan dari: The Politic Education : Culture, Power and Liberation oleh Prihantoro dan Furdiyartanto).

Ibrahim dan Nana Syaodih. 1996, Perencanaan Pengajaran, Rineka Cipta dan Depdikbud, Jakarta.
Lazarus, R.S. (1999). Stress and emotion: A new synthesis. New York: Springer,
Sarwono, S. W. (2005). Psikologi sosial: Psikologi kelompok dan psikologi terapan. Jakarta: Balai Pustaka.
Suryabrata, C. (2007). Ciri-ciri kelompok yang Metodelogi penelitian sosial. Jakarta: Balai Pustaka.

Tilaar, H.A.R. 2000. ”Pendidikan Abad XXI: Menunjang Knowledge Based Economy”

Walgito, B. (2007). Psikologi kelompok. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Wandersman, A. (2003). Community science: Bridging the gap between science and practice with community centred models. American Journal of Community Psychology, 31, 227-242.

Wikipedia. (2007). Jakmania. http://id.wikipedia.org/wiki/the_jakmania.htm. 21 Maret 2007

Kamis, 07 Oktober 2010

PSIKOLOGI KELOMPOK

KELOMPOK ARISAN KELUARGA BANU SARPANI

Keluarga besar dari ayah saya memiliki tradisi acara kumpul arisan keluarga setiap 1 bulan sekali yang diadakan secara bergiliran tergantung yang mendapat arisan. Bisa dibilang acara ini wajib, terutama menjelang ramadhan dan akhir ramadhan. Seluruh keluarga besar sangat antusias datang ke acara ini, karena hanya disaat inilah keluarga kami bisa berkumpul. Karena kesibukan masing – masing dan lokasi rumah yang jauh membuat kami jarang bertemu, selain saling mengabari kabar masing - masing melalui telepon. Saya sangat tertarik untuk mengulas tentang kelompok arisan yang sudah berjalan sangat lama ini kurang lebih 30 tahun, maka saya mencoba bertanya pada ayah saya.

Yang pasti acara ini sudah menjadi jadwal khusus, sehingga kami harus mengosongkan jadwal kami untuk datang ke acara ini. kami dan keluarga kami tidak keberatan dan merasa senang karena kami bisa berkumpul lagi. berbagi kabar dan cerita. Melepas stress dari pekerjaan yang rasanya tidak pernah ada habisnya. Biasanya acara ini berlangsung sejak pagi hingga siang hari. acara ini pertama dimulai dengan acara bersalam - salaman dan silahturami, menyampaikan pengumuman yang ingin disampaikan, ceramah, acara makan – makan, dan diakhiri dengan mengobrol dan tukar kabar dengan saudara yang lain. sekali – kali kami mempererat tali persaudaraan dengan mengadakan liburan bersama bisa dipuncak atau pulang kampung bersama.

Kegiatan ini sangat bermanfaat dan menguntungkan bagi kami. Karena dapat mempererat jalinan silahturahmi antar saudara dan kami dapat bertemu dengan saudara – saudara yang jarang kami temui, karena rumah yang jauh atau kesibukan masing – masing yang tidak dapat ditinggalkan.Dengan acara ini hubungan antara saudara semakin dekat. Ayahku pernah berkata, jika terjadi suatu masalah pada kita orang yang pasti akan membantu adalah keluarga sendiri, sedangkan tetangga hanya membantu sekedarnya. Karena itu jaga hubungan silahturahmi antar keluarga.

Terima kasih

_Nurul Lailani_

Sabtu, 05 Juni 2010

HEAR MY WORDS

Sebuah Porsche hitam melaju kencang dijalan yang sepi. Kibum melirik jam digital dimobilnya, 05.00 AM. Ia harus sampai disana sebelum matahari terbit. Matanya memandang buket bunga mawar putih yang tergeletak dikursi penumpang. Kibum tersenyum membayangkan wajah yang ia rindukan namun semenit kemudian air wajah kibum berubah muram. Kibum mengalihkan pandangannya kejalan dan mendesah.
“aku harus cepat” katanya seraya menambah kecepatan laju mobilnya.
Porsche hitam itu berhenti disebuah pantai. Kibum mematikan mesin mobil, meraih buket bunga disampingnya dan segera turun. Ia mengedarkan pandangannya kesekeliling pantai yang cukup gelap, berharap dapat melihat senyum gadis itu menyambutnya. Namun tidak ada siapa pun disana. hanya suara debur ombak yang menyambut kedatangannya dan tiupan angin yang berhembus menyambut setiap langkah kakinya. Kibum berhenti dipinggir pantai. Meletakkan tubuhnya dipasir yang lembut dan meletakkan bunga mawar putih yang dibawanya tadi disampingnya.
“bo mi aku datang” kata kibum pelan
Suara debur ombak seakan menjawab sapaan kibum. Matanya memandang jauh ke laut. Kibum merapatkan jaket abu-abu dan topi hoodie hitamnya. Menghalangi dinginnya angin yang bermain disekitarnya. Memejamkan matanya, mengingat – ingat bagaimana manis senyumnya, derai tawanya yang unik, wajah cantiknya, tangan mungilnya, tubuhnya yang hangat namun rapuh. Seperti roll film yang berputar dikepalanya. Semuanya terbayang kembali secara sempurna.

Kibum masih mengingat dengan sangat baik tentang hari itu. suara debur ombak yang menyapu pinggir pantai. Pasir putih yang terasa lembut di kakinya yang telanjang. Dan tangan mungil bo mi yang menggenggam tangannya erat. Sangat erat, seakan mengatakan ‘pegang aku dengan erat dan jangan dilepaskan lagi’. tapi bagi kibum terlihat seperti ‘pegang aku dengan erat karena aku ingin menghilang ke suatu tempat’. Kaki mereka melangkah perlahan menyusuri pantai yang sepi. Bo mi menghentikan langkahnya dan memandang jauh ke laut yang gelap.
“kau lelah? Sebaiknya kita kembali ke rumah sakit” kata kibum memandang gadis disebelahnya
“tidak. Aku masih ingin disini” jawab bo mi menggelengkan kepalanya tanpa berpaling
“tapi angin malam tidak baik untuk kesehatanmu. Kita bisa kembali kesini lagi besok” bujuk kibum melepaskan tangannya untuk memakaikan jaket miliknya ke tubuh mungil bo mi.
“aku tidak apa – apa. Kau sudah berjanji, oppa akan menemaniku malam ini” kata bo mi
“aku tidak percaya aku melakukannya. Bibi pasti akan marah” kata kibum mendesah
“tenang saja eomma percaya pada oppa” kata bo mi tersenyum
“aku pasti disangka sedang menculikmu” kata kibum
“bukankah kita sudah sering melakukannya” kata bo mi tertawa kecil
“oppa apa kau masih ingat, dulu saat kita masih kecil kita sering sekali main petak umpat. Rasanya rindu sekali. Saat itu tidak ada yang dapat menemukanku. Aku sangat mahir bersembunyi bukan?” Tanya bo mi
“bukannya lebih tepat disebut nyasar?” kibum balik bertanya seraya tersenyum mengejek
“heii aku hanya bersembunyi. Tidak asyik jika langsung ketemu kan” kata bo mi tidak mau kalah
“kau bersembunyi terlalu jauh. Kita bermain di taman tapi kau bersembunyi hampir di luar komplek. Pada akhirnya kami semua harus mencarimu hingga sore” kata kibum berpura-pura serius
“tapi pada akhirnya oppa selalu berhasil menemukanku” kata bo mi
“Katakan oppa kenapa kau selalu tahu dimana aku bersembunyi? Kenapa kau selalu bisa menemukanku?” Tanya bo mi ingin tahu
Kibum memandang bo mi dengan lembut kemudian tersenyum
“aku pasti selalu bisa menemukanmu. Kau mudah ditemukan” kata kibum seraya mengacak-acak rambut bo mi
“oppa…aku bukan anak kecil” kata bo mi merengut kesal
Kibum tertawa melihat bo mi yang sedang berusaha merapikan rambutnya kembali. kibum mengacak – acak rambut bo mi sekali lagi hingga membuat bo mi berteriak kesal. Ia tahu sejak kecil bo mi paling kesal jika rambutnya diacak-acak layaknya anak kecil terlebih lagi jika dilakukan olehnya. Tapi kibum senang sekali menggoda bo mi. menikmati wajah marah bo mi yang terlihat manis.
“oppaa……!!!” teriak bo mi kesal
“haha…mian mian…biar kubantu” kata kibum meminta maaf seraya tertawa
Kibum mendekati bo mi. meraih tiap helai rambut bo mi yang lembut dan merapikannya. Bo mi membiarkan kibum merapikan rambutnya. Raut kesal diwajahnya segera menghilang berganti dengan senyum. Walau bo mi paling kesal jika kepalanya disentuh layaknya anak kecil tapi ia paling suka jika kibum sedang menyentuh kepalanya. Derai napas kibum yang hangat menerpa wajah pucat bo mi. kibum membelai kepala bo mi dengan lembut. Bo mi mengangkat kepalanya memandang kibum.
“jam berapa sekarang?” Tanya bo mi
“05.00 AM” jawab kibum melirik jam digital di handphonenya
“sebentar lagi matahari terbit” gumam bo mi memandang langit yang mulai sedikit terang
“kau masih saja senang melihat matahari terbit bo mi” kata kibum
Bo mi tersenyum kecil
“kau tahu aku suka sekali melihat matahari terbit oppa. Dulu kau juga selalu menemaniku menunggu matahari terbit bukan?” kata bo mi
“kau yang selalu menyeretku untuk melihatnya saat kau tidak bisa tidur” kata kibum
“ne...tapi pada akhirnya aku melihatnya sendirian dan kau malah kembali tidur” kata bo mi menggelengkan kepalanya pura-pura kecewa
“hei..aku kan butuh tidur” ujar kibum membela diri
Bo mi tertawa kecil
“kau memang selalu begitu oppa” kata bo mi
Kibum tersenyum kecil seraya menggosok belakang kepalanya.
“sekarang sudah ada donghae hyung yang akan menemanimu melihat matahari terbit setiap hari” kata kibum menatap riak – riak ombak
“hae oppa juga terkadang menemaniku melihatnya” kata bo mi memandang jauh ke laut
“ada apa? Kalian bertengkar?” Tanya kibum heran mendengar nada bicara bo mi yang tidak biasa
Bo mi menggelengkan kepalanya pelan dan tersenyum tipis.
“aniyo…Hae oppa adalah pria yang baik dan romantis. Dia selalu bersamaku dan menjagaku dengan baik” jawab bo mi tanpa berpaling
“lalu?” Tanya kibum lagi
Bo mi diam sesaat memandang kibum.
“hae oppa…melamarku” jawab bo mi
Kibum terdiam sesaat kemudian tersenyum miris. Tentu saja, donghae dan bo mi adalah sepasang kekasih. Wajar jika akhirnya donghae melamar bo mi. tapi kibum tidak menyangka akan secepat ini.
jika ingin diceritakan dari awal, kibum dan bo mi adalah sahabat kecil. Namun seiring berjalannya waktu kibum tidak bisa lagi memandang bo mi sebagai sahabat kecil namun sebagai wanita yang cantik. Kibum sadar ia sudah terlanjur jatuh cinta pada sahabat kecilnya. Namun pertemuan mengejutkan antara bo mi dengan donghae sahabatnya membuatnya harus menekan perasaannya. Dan menekan semakin dalam perasaannya saat mendengar akhirnya mereka berdua berpacaran.
“lalu apa jawabanmu?” Tanya kibum ingin tahu
Bo mi menundukkan kepalanya. Memainkan pasir yang lembut dengan kakinya.
“aku tidak bisa. Dengan kondisiku sekarang aku takut tidak akan bisa terus bersamanya” jawab bo mi lirih
Leukemia. Bo mi divonis mengidap leukemia sejak 4 tahun yang lalu. Namun kibum baru menyadarinya 1 tahun terakhir ini, itu pun ia mengetahuinya dari donghae. Rasanya ironis sekali. Selalu bersama sejak kecil namun ia tidak pernah menyadari dengan perubahan fisik bo mi yang semakin melemah dan wajah yang pucat. Saat itu kibum hanya menganggap bo mi terlalu lelah karena harus bekerja part time sepulang sekolah dan lebih banyak kerja part time saat libur. Namun dongahe yang saat itu baru pulang dari cina sangat terkejut melihat wajah pucat bo mi dan segera membawanya ke rumah sakit. Dan hasilnya, leukemia dan sisa hidupnya hanya tinggal 3 - 4 bulan saja. Kibum hanya bisa diam tak percaya dan berpikir ‘ bukankah kulit bo mi biasanya seperti itu?’
“aku sudah menyakitinya. Ia pasti membenciku sekarang” kata bo mi membuyarkan lamunan kibum
“tidak. Dongahe hyung pasti mengerti. Hyung bukan orang seperti itu. ia sangat mencintaimu dan ia pasti mengerti” kata kibum dengan nada menghibur
Bo mi mengangkat kepalanya “jinja?” tanyanya
“ne..ne..” kata kibum mantap
“khamsahamnida. Kau memang oppa terbaikku” kata bo mi tersenyum
“cheonmaneyo” kata kibum balas tersenyum
Tidak ada yang berbicara selama beberapa menit. bo mi merapatkan jaket milik kibum ditubuhnya menahan dinginnya angin pantai yang terus bertiup. Bo mi terus menatap jauh ke laut dalam diam.
“aku sedang berpikir” kata bo mi bersuara
“mwo?” Tanya kibum
“kapan kita bisa bertemu lagi? terus bersama seperti ini?” tanya bo mi tanpa berpaling
“apa maksudmu? Kenapa kau bicara seperti itu? kau aneh” kata kibum tidak mengerti
“haha…anniyo” kata bo mi tertawa kecil
Kibum memperhatikan bo mi dan berpikir kenapa dia bisa bicara dengan ekspresi yang menyenangkan seperti itu? sedangkan di kepalanya yang kecil itu pastinya sedang berkumpul berbagai macam pikiran, kekhawatiran dan ketakutan mungkin.
“apa kau sedang memikirkan sesuatu?” Tanya kibum
Bo mi menoleh memandang kibum
“jika ini mengenai perkataan para dokter tua itu, dengarkan aku. itu hanya sebuah diagnosa. Mereka bilang umurmu hanya sampai 2 tahun saja tapi lihat sekarang, kau bersamaku, bicara, tertawa. Kau mampu mengahadapinya, aku percaya. Ada aku dan donghae hyung. Kami siap bersamamu 24 jam. Tidak perlu kau simpan semua pikiran tidak perlu itu di kepalamu yang kecil ini sendirian. bisa-bisa nanti terjadi ledakan” kata kibum nyengir seraya menunjuk kepala bo mi kemudian membuat gaya ledakan dengan tangannya
Bo mi tertawa kecil kemudian tersenyum.
“tapi pada akhirnya aku akan kalah juga kan dari penyakit ini?” kata bo mi lirih
“YA!! Kang Bo Mi!! sudah kubilang jangan kau berpikir yang tidak perlu. Kau akan hidup dan terus hidup. Kita akan bermain petak umpat lagi, dan aku pasti akan menemukanmu lagi. titik” kata kibum sedikit kesal
Bo mi sedikit tertegun mendengar perkataan kibum.
“kenapa oppa jadi cerewet begini sih? Oppa jadi lebih mirip eomma” kata bo mi mengernyit heran sekaligus menahan senyum
“aku bukan cerewet tapi sedang menyemangatimu tahu. Kau ini tidak pernah berubah, selalu menyimpan semua hal sendirian, selalu asal bicara dan tetap tak sadar kalau selalu membuat orang lain khawatir” kata kibum mengomel sendiri
Akhirnya bo mi tidak bisa menahan senyumnya lagi dan sebuah tawa keluar dari bibirnya yang tipis. “mian. Tapi…aku senang” katanya disela tawanya
Kibum segera memalingkan wajahnya. menutupi semburat merah diwajahnya.
“pokoknya kau tidak perlu mendengar perkataan para dokter tua itu. tidak perlu bersedih ada aku disampingmu. Aku sudah berjanji pada mendiang paman untuk menjagamu. Tidak perlu khawatir lagi” kata kibum seraya memegang kepala bo mi
“ne..araseo. kamsahamnida oppa” kata bo mi tersenyum
Bo mi terdiam memandang kibum.
“mwo?” Tanya kibum
“aku diajari terus. Sejak kecil oppa sangat baik padaku. Aku tak bisa memberikan apa-apa padamu” kata bo mi seraya berpikir
“hahh?”
Bo mi mendekati wajah kibum membuat semburat merah tipis kembali muncul diwajah kibum yang tampan.
“hanya satu yang bisa kuajarkan pada oppa” kata bo mi dengan ekspresi yang tidak berubah
“mengajarkan apa? Tung….hei!?” perkataan kibum berhenti saat tiba – tiba bo mi menarik tangannya

“tunggu dulu” kata kibum mendesah
“kenapa harus berdansa?” Tanya kibum sedikit malu
“mau apa lagi. aku tidak pintar bicara seperti oppa. Tapi aku mahir dalam hal berdansa jadi dengarkan saja instrunksiku” kata bo mi
Kibum kembali mendesah dan akhirnya menyerah
“mulai kaki kanan mundur.. kaki kiri mundur sedikit ke samping… rapatkan kaki kanan ke kaki kiri, kaki kiri mundur….” Kata bo mi memberi instruksi
Kaki kibum melangkah dengan kaku di atas pasir yang lembut, mencoba mengikuti instruksi dari bo mi.
“lama! Salah!! Sedikit kecilkan langkah kaki oppa!!” kata bo mi
“duuh..sampai itu pun kau perhatikan” ujar kibum
Bo mi terus memberi instruksi hingga akhirnya kibum dapat berdansa dengan lancar.
“baik..sudah mulai bisa kan?” Tanya bo mi
Kibum diam memandang bo mi.
‘dia tidak pintar berlari tapi kakinya melangkah begitu ringan..melambai – lambai seperti ikan yang mengapung di air. Mengalun begitu alami’ pikir kibum
“bo mi” panggil kibum
“hn?”
“mian aku tidak segera menyadari tentang penyakitmu. Rasanya sedikit mengesalkan” kata kibum
“kwanchanaeyo. Seharusnya aku yang meminta maaf. Mian sudah menyembunyikannya dari oppa” kata bo mi tersenyum kecil
Tidak ada yang bersuara selama beberapa menit. kaki mereka terus melangkah, berputar dengan pelan di atas pasir yang lembut diantara suara debur ombak yang menyapu pantai.
“oppa..perdengarkan suaramu sebagai ganti lagu” pinta bo mi memandang kibum
“hahh? Dilihat begitu dekat susah bicara tahu!” kata kibum gugup
“oh..kalau begitu aku begini saja” kata bo mi seraya meletakkan wajahnya di dada kibum
‘duuh..makin susah..’ pikir kibum semakin gugup
“bernyanyilah oppa” pinta bo mi lagi
“ne..ne..” kata kibum
Kibum berdeham perlahan kemudian mulai bernyanyi

The loneliness of nights so long
The search for strength to carry on
My every hope had seemed to die
My eyes had no more tears to cry
Then like the sun shined up above
Your surrounded me with your endless love
Cause all the things I couldn't see
Now so clear to me

You are my everything
Nothing your love won't bring
My life is yours alone
The only love I've ever know
Your spirit pulls me through
When nothing else will do
Every night I pray on bended knee
That you will always be
My everything


Bo mi memejamkan matanya. Menikmati setiap alunan lirik yang diucapkan oleh kibum. Namun disaat bo mi hampir terlena kibum menghentikan nyanyiannya.
“kenapa berhenti?” Tanya bo mi tanpa mengangkat wajahnya
“kalau kau ingin mendengarku terus bernyanyi, berapa banyak lagu pun akan aku nyanyikan. Tapi bisakah, walau cuma saat ini pun tak apa, pikirkan hanya tentang diriku” kata kibum menghentikan langkah kakinya.
“wae yo?” Tanya bo mi membuka matanya
“karena aku ingin kita terus terhubung” jawab kibum
Bo mi terdiam dengan sedih
“ne..” kata bo mi tersenyum lemah kemudian memejamkan matanya kembali.
kibum memeluk tubuh bo mi dengan erat kemudian bernyanyi kembali.

The loneliness of nights so long
The search for strength to carry on
My every hope had seemed to die
My eyes had no more tears to cry
Then like the sun shined up above
Your surrounded me with your endless love
Cause all the things I couldn't see
Now so clear to me

You are my everything
Nothing your love won't bring
My life is yours alone
The only love I've ever know
Your spirit pulls me through
When nothing else will do
Every night I pray on bended knee
That you will always be
My everything

Oohh
You're the breath of life in me
The only one that sets me free
That you will make my soul complete
For all time... For all the time

You are my everything
Nothing your love won't bring
My life is yours alone
The only love I've ever know
Your spirit pulls me through
When nothing else will do
Every night I pray down on bended knee
That you will always be
My everything

Oh my everything


Cahaya matahari yang mulai terbit menerpa tubuh kibum yang tak beranjak dari tempatnya. Namun pagi ini cahaya mataharinya tidak terlalu hangat.
“cuaca pagi ini sedikit mendung. Tapi…selamat pagi bo mi” kata kibum seraya tersenyum
Kibum kembali terdiam memandang laut kemudian memandang tangannya. Semilir angin bertiup menerpa telapak tangan kibum yang kosong. Ingatan itu masih melekat dengan jelas dikepalanya tapi kini tangannya telah kosong. Tidak ada lagi tangan mungil bo mi di dalam genggamannya. Tidak ada lagi tubuh rapuh bo mi dipelukannya. Kibum mengepalkan genggamannya kemudian berdiri. Ia melihat sebatang kayu yang tergeletak tidak jauh darinya. segera ia mengambilnya dan menggoreskannya diatas pasir seraya bernyanyi lagu yang sama.
Kibum menggoreskan satu huruf terakhir kemudian membuang batang kayu ditangannya. Kibum memandang hasil karyanya dengan puas. Sebuah kalimat yang seharusnya ia katakan sedari dulu.


“bo mi…aku sedang berpikir ketika tangan kita saling bertaut kembali, akankah kau lupa tentang hari itu? tentang aku?” Tanya kibum
Suara debur ombak seakan menjawab pertanyaan kibum.
“tidak. Tentu saja tidak” kata kibum tersenyum kecil
Kibum memandang langit pagi yang mendung sesaat seraya tersenyum kembali kemudian berbalik. Menaiki Porsche hitamnya dan melaju pergi. Sapuan ombak perlahan menyeret buket bunga mawar putih milik kibum ke tengah laut. Meninggalkan pesan dari kibum untuk bo mi tetap terukir di pasir sebagai kenangan.

Aku mengatakan sesuatu pada langit pagi ini
Apa kau mendengarnya?
………
Saranghae Kang Bo mi
Cheomal saranghae
………

END

Jumat, 04 Juni 2010

24 JAM

Deras hujan belum cukup menghapus jejakmu
Sebotol vodka dan sebungkus jarum
Mana mungkin aku lupa
Satu malam bersamamu
Dengan asap rokok yang mengepul
Satu hal yang aku ingat
Jangan nyalakan lampu!!
Karena sosok laki – laki yang merokok dalam gelap
Adalah sesuatu yang menghanyutkan
Masih tak mungkin terlupa
Bertemu lagi di Malioboro
Masih dengan sebatang rokok ditanganmu
Dan satu malam lagi bersamamu
Dengan vodka menemaniku
Entah berapa botol
Sekarang sudah lewat 24 jam
Hanya bau matahari yang kau tinggalkan
Dan puntung – puntung rokok yang berserakan diruanganku
Sudah lewat 24 jam aku tidak bersamamu
Apa mungkin aku lupa?
Tidak..tak mungkin terlupa
Sebotol vodka dan sebungkus jarum
Dan satu malam lagi
Kita bertemu disuatu tempat di kota ini
Tapi sudah lewat 24 jam aku terlupa
Bahkan dengan namamu
Dan mungkin aku benar – benar terlupa
Bukan hanya lewat 24 jam saja
Dengan malam – malam sebelumnya
Aku benar – benar sudah lupa

SANG BUNGA

Dalam padang yang luas ini
Fantasiku masih liar berdiri
Menunggu sang bunga menyapaku
Dalam angina yang lewat berbisik
Satu…dua…tiga…
Mataku terpejam menanti satu musim yang disimpan
Tapi hingga empat musim datang
Sang bunga masih belum menyapaku
Padang luas ini sudah mulai menyempit
Sedangkan fantasiku masih tetap liar berdiri
Berapa musim lagi yang harus kusapa?
Tidak…aku lupa
Ternyata aku sudah lupa
Bahwa sang bunga telah jatuh gugur
Dalam salah satu musim dinginku
Aku lupa…
Bungaku telah lama tertidur

TUJUH

Tujuh lonceng masih berdentang
Mengantar kepergian sang bunga
Yang layu dan gugur
Dalam penutup berhias bunga putih
Memantulkan pucatnya wajah yang telah pergi
Sang bunga benar – benar menghilang
Dalam setiap langkah teka – tekinya
Tujuh jam berdetik di atas perapian
Berdetik semakin keras
Mengancam setiap insane yang terbangun
Biarkan tujuh lonceng terus berdentang
Mengiringi akhir lagu sang bunga
Biarkan tujuh jam terus berdetik
Menandakan malam yang tak pernah pergi
Biarkan nomor tujuh mengangkat tangannya perlahan
Mencoba melepas pengikat topengnya
Yang menghilangkan warna sang bunga
Sekarang sang bunga telah terlelap
Tak akan pernah lagi dia terjaga

Depresi akibat internet

Berselancar di dunia maya tentu sangat mengasyikan. Disamping dapat menambah wawasan, juga dapat menambah teman melalui situs jejarin social seperti facebook, twitter & situs jejaring social lainnya. namun terlalu lama berselancar di dunia maya juga dapat menguak sisi gelap seseorang. Semakin kecanduan internet seseorang, semakin depresi seseorang menurut hasil penelitian dari studi peneliti Catrions Morrison dan timnya dari Universitas of Leeds, Inggris. Mereka menemukan bahwa semakin lama seseorang menghabiskan waktu berselancar di dunia maya, perasaan tidak bahagianya akan semakin muncul.

Dampak buruk psikologis tersebut dipengaruhi depresi dan kecanduan internet. Kemungkinan besar disebabkan karena pecandu internet umumnya telah menganggap dunia maya menjadi pengganti aktivitas normal mereka sehari – hari. dalam studi yang melibatkan 1.319 partisipan ini, diketahui bahwa rata –rata tingkat depresi mereka lima kali lebih tinggi dibandingkan yang tidak kecanduan internet. Studi ini juga menemukan bahwa pecandu internet yang umunya berusia 21 tahun menghabiskan waktu lebih banyak untuk mengunjungi situs porno, games online, dan komunitas.

Internet memang memainkan peran besar dalam kehidupan. Tapi perlu diingat juga, internet tidak selamanya baik.

Sumber : majalah SEKAR

Merawat kuku dengan baik

Walaupun letaknya di ujung, kuku tangan dan kaki memiliki fungsi penting dalam kegiatan sehari – hari kita. Kuku juga merupakan bagian dari aksesori alami tubuh kita. Bayangkan jika kita tak berkuku, pasti akan tampak aneh. Oleh karena itu perawatan kuku juga sangat penting. Berikut beberapa cara agar kuku senantiasa sehat :

oberikan kuku waktu untuk bernapas dengan membiarkan kuku bebas dari cat dan aksesorinya.
oJangan membersihkan kuku dengan benda tajam.
oJangan paksa kuku jari untuk melakukan pekerjaan berat yang biasa dibantu dengan alat khusus seperti melepas staples atau nengerok sesuatu dengan kuku.
oJangan menggaruk kulit terlalu kasar karena bisa membuat kulit terluka serta membuat kuku kotor.
oPotonglah kuku sampai sedikit agak panjang. terlalu rajin potong kuku bisa membuat pertumbuhan kuku kurang bagus.
oPakailah krim khusus atau hand body lotion setelah mencuci menggunakan sabun atau detergen, setelah kuku terlalu lama terpapar sinar matahari, atau sehabis berenang agar kulit tangan tetap lembut.

Sumber : majalah SEKAR

Perhatian ekstra untuk bibir

Kesehatan bibir harus selalu dijaga. Karena bibir yang sehat dan menarik pasti dapat menunjang kecantikan. Masalah yang umum terjadi pada bibir adalah kering dan pecah – pecah. Bagi wanita, bibir pecah akan membuat lipstick yang dipakai tidak menempel dengan baik sehingga akan mengganggu penampilan. Penyebab bibir kering dan pecah – pecah antara lain sebagai berikut :

oPolusi udara dan debu
oPerubahan suhu yang dapat membuat bibir tidak dapat beradaptasi dengan baik
oMakanan yang terlalu asin atau asam
oMerokok, kebiasaan minum kopi, atau minuman beralkohol
oKurangnya komsumsi buah atau sayuran
oKurangnya minum air putih
oMenggunakan kosmetik yang bahan kimianya terlalu keras atau karena alergi terhadap kosmetik tertentu
oPasta gigi yang mengandung terlalu banyak detergen

Apa yang sebaiknya dilakukan untuk pencegahan?
Berikut ada beberapa cara :
1.gunakan lipgloss yang mengandung tabir surya. Sinar matahari merupakan salah satu factor penyebab keringnya bibir sehingga penggunaan tabir surya pada bibir menjadi penting.
2.segera bersihkan sisa lipstick pada bibir sebelum tidur.
3.oleskan pelembab bibir pada malam hari sebelum tidur.
4.pilihlah lipstick yang sesuai dan mengandung pelembab. Saat membeli kosmetik, perhatikan kendungannya. Pilih kosmetik atau lipstick yang berbahan alami.

Mulailah memberi perhatian ekstra untuk bibir cantik anda.

Sumber : majalah SEKAR

Rabu, 02 Juni 2010

Gangguan Kecemasan Berpisah (Separation Anxiety Disorder)

Definisi
Adalah gangguan yang ditandai dengan kegelisahan berlebihan ketika dipisahkan dari rumah, orang tua atau orang yang mereka sayangi. Beberapa tahap kecemasan berpisah adalah normal dan dialami hampir setiap anak-anak, khususnya pada anak yang sangat kecil. Sebaliknya, gangguan kecemasan berpisah adalah kegelisahan berlebihan yang melebihi apa yang diharapkan untuk tingkat perkembangan anak.

Kecemasan berpisah dipertimbangkan sebagai gangguan jika berlangsung setidaknya sebulan dan menyebabkan gangguan yang sangat berarti atau merusak fungsi. Durasi pada gangguan tersebut menggambarkan keparahannya. Biasanya kecemasan berpisah terjadi karena beberapa tekanan hidup seperti kematian seorang keluarga, teman, atau binatang peliharaan atau pindah wilayah atau pindah sekolah, bisa memicu gangguan tersebut.


Penyebab
Anak yang mengalami gangguan kecemasan berpisah seringkali perlu tahu dimana orang–orang dan terlalu sibuk dengan rasa takut bahwa sesuatu yang mengerikan akan terjadi baik terhadap mereka atau terhadap orang yang mereka kasihi. Bepergian sendiri membuat mereka tidak nyaman, dan mereka bisa menolak untuk datang ke sekolah atau kemah atau untuk mengunjungi rumah teman. Beberapa anak tidak bisa tinggal sendirian di dalam sebuah ruangan, melekat pada orang tua atau membuntuti orangtua di sekitar rumah.

Kesulitan pada waktu tidur adalah sering terjadi. Anak dengan gangguan kecemasan berpisah bisa mendesak seseorang tetap tinggal di ruangan sampai mereka tertidur. Mimpi buruk bisa memperlihatkan ketakutan anak tersebut, seperti kerusakan pada keluarga melalui kebakaran atau bencana alam.

Gejala
Anak yang memiliki gangguan kecemasan berpisah seringkali menghindari sekolah.

Efek stress pada anak
Perubahan yang sangat menekan pada kehidupan seorang anak, seperti pindah wilayah, perceraian orangtua, atau kematian anggota keluarga atau binatang peliharaan, bisa memicu gangguan penyesuaian. Seperti :

Gangguan penyesuaian adalah akut tetapi reaksi yang dibatasi waktu terhadap lingkungan yang menekan. Anak tersebut bisa mengalami gejala-gejala gelisah (misal, gugup, khawatir, dan takut), gejala-gejala pada depresi (misal, menyedihkan atau perasaan putus asa). Atau masalah-masalah perilaku. Gejala-gejala dan masalah-masalah tersebut mereda sebagaimana berkurangnya tekanan.

Gangguan stress posttraumatic adalah reaksi yang lebih ekstrem dan bisa terjadi setelah bencana alam (seperti angin topan, tornado, atau gempa bumi), kecelakaan, kematian, atau tindakan tidak berperikemanusiaan pada kekerasan, termasuk penyiksaan anak, anak tersebut biasanya gagal dalam upayanya untuk menghindari ingatan peristiwa tersebut, menderita keadaan gelisah yang terus menerus, bisa kembali mengalami peristiwa traumatic ketika bangun (flashback) atau tidur (mimpi buruk). Intervensi krisis biasanya diperlukan, dalam bentuk periode yang diperluas pada terapi perseorangan, kelompok, atau keluarga.

Pengobatan
obat-obatan pengurang gelisah kemungkinan diperlukan.


Sumber : http://forum.um.ac.id/index.php?topic=6883.0

Selasa, 01 Juni 2010

Perawatan gangguan fonologis

Bentuk yang lebih ringan dari gangguan ini dapat hilang dengan sendirinya. Terapi wicara dianggap sebagai pengobatan yang paling sukses.

Gejala gangguan fonologis

- Kegagalan bersuara dengan tepat
- Mengganti satu suara lain
- Hilang suara

Penyebab gangguan fonologis

Penyebab gangguan fonologis pada anak-anak tidak diketahui. Kemungkinan :
-bisa karena faktor usia yang menyebabkan alat bicara atau otot-otot yang digunakan untuk bercakap (speech motor) belum lengkap atau belum berkembang sempurna; daripada susunan gigi geligi, bentuk rahang, hingga lidah yang mungkin masih kaku.
-karena komponen genetik, karena sebagian besar anak-anak dengan masalah ini mempunyai saudara dengan kelainan yang serupa.
-gangguan pendengaran

Gangguan Fonologi

Definisi

Gangguan Fonologi adalah kegagalan untuk menggunakan bunyi-bunyi ujaran yang sesuai bagi usia individu usia dan dialek yang digunakan (bicaranya tak jelas atau sukar ditangkap). Gangguan ini lebih sering terjadi pada anak laki-laki. Sekitar 3% dari anak-anak pra-sekolah dan 2% dari anak usia 6-7 tahun memiliki kelainan ini, sedangkan yang berusia 17 tahun, hanya 0,5% yang terpengaruh.
Gangguan ini ada yang ringan dan berat. Yang ringan, saat usia 3 tahun si kecil belum bisa menyebut bunyi L, R, atau S. Hingga, kata kereta disebut mobing atau lari dibilang lali. Yang tergolong berat, anak menghilangkan huruf tertentu atau menggantikan huruf dan suku kata. Misal, kedai jadi toto atau stesen jadi tatun.

Senin, 24 Mei 2010

DIAGNOSA

Untuk mengetahui penyebab kesulitan pengendalian BAB ini, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan yaitu:
* Pemeriksaan kelainan saraf, misalnya pemeriksaan fungsi saraf dan lapisan otot-otot pelvis (panggul).
* Pemeriksaan struktur/organ pencernaan.
* Pemeriksaan anus dan rektum.
* Pemeriksaan sensasi di sekeliling lubang anus.
* Pemeriksaan sigmoidoskopi (pemeriksaan bagian dalam usus besar).
Pengobatan atau terapinya hampir sama dengan encopresis. Jika tak kunjung berhasil mungkin diperlukan proses pembedahan.

MUNGKIN ADA GANGGUAN PENCERNAAN

JIKA tak ada faktor yang mengontribusi munculnya encopresis maka tetap harus diwaspadai. Jangan-jangan ada masalah dengan kesehatannya. Misalnya ada penyakit atau gangguan di organ pencernaan. Kepastian akan adanya kelainan di bagian usus dapat terdeteksi melalui pemeriksaan rontgen.
Berikut ini beberapa gangguan/penyakit yang bisa menyebabkan BAB tak terkendali:
* Diare yang tak kunjung sembuh.
* Penyakit kencing manis (diabetes melitus).
- Gangguan urat saraf tulang belakang.
* Gangguan anus seperti tumor anus atau adanya penonjolan lapisan rektum melalui anus.
Semua penyakit ini memiliki gejala hampir sama dengan encopresis, yakni si penderita tidak mampu mengontrol BAB-nya.

TERAPI

Penderita encopresis membutuhkan penanganan yang tepat dengan melakukan terapi yaitu konseling atau edukasi pada anak mengenai BAB. Salah satunya adalah terapi yang bisa dilakukan kalau anak selalu menahan BAB karena merasa jijik dan tak mau masuk ke kamar mandi umum:
* Tanamkan bahwa tidak semua kamar mandi umum/sekolah akan resik dan wangi sesuai dengan harapannya.
* Sebelum menggunakan toilet umum/sekolah, minta ia membersihkan dengan menyiramnya terlebih dahulu.
* Tak ada salahnya anak selalu dibekali tisu, masker, dan pengharum ruangan untuk lebih menyamankannya saat di toilet umum.
* Yang pasti, jangan beri anak pembalut untuk mengatasi encopresis-nya. Ini justru tak mendidik.
* Jika masalah psikologis anak tampak berat, sampai stres atau trauma misalnya, ada baiknya orang tua dan anak duduk bersama membahas permasalahan yang dihadapi. Jika perlu konsultasikan dengan psikolog.
* Terapkan pola makan yang baik dan teratur. Usahakan banyak mengonsumsi makanan berserat, sayuran, buah-buahan, serta susu. Kurangi konsumsi makanan berlemak tinggi, junk food, dan soft drink.
* Kepada anak yang selalu merasa nyeri saat mau BAB bisa diberikan obat-obatan untuk pengencer tinja. Namun, penggunaanya harus tetap berdasarkan rekomendasi dokter.
* Ajarkan untuk melakukan BAB secara teratur, misalnya pagi atau malam hari.
* Yang pasti, anak jangan disalahkan atau dicemooh kalau mengalami encopresis. Mestinya orang tua selalu mendukung dan membantu kesulitan anak

AKIBAT FISIK-PSIKIS

Anak yang mengalami encopresis akan mengalami berbagai masalah emosi, seperti rendah diri, tak mau bersosialisasi atau menarik diri dari pergaulan. Ia juga akan merasa malu, takut dicemooh, atau khawatir dimarahi. Belum lagi secara fisik, anak mengalami nyeri di bagian perut karena berusaha menahan BAB.

AKIBAT FISIK-PSIKIS

Anak yang mengalami encopresis akan mengalami berbagai masalah emosi, seperti rendah diri, tak mau bersosialisasi atau menarik diri dari pergaulan. Ia juga akan merasa malu, takut dicemooh, atau khawatir dimarahi. Belum lagi secara fisik, anak mengalami nyeri di bagian perut karena berusaha menahan BAB.

PENYEBAB ENCOPRESIS

Belum diketahui secara pasti apa yang menjadi penyebab anak mengalami encopresis. ada beberapa faktor yang "mengontribusi" terjadinya encopresis yaitu:
1. Stres
2. Kurang aktivitas fisik
3. Selalu menahan BAB
4. Makanan/Minuman
5. Trauma
6. Obat-obatan
7. Kegagalan toilet training

Enkopresis

Enkopresis berasal dari bahasa Yunani en- dan kopros, yang artinya “feses”. Enkopresis adalah secara tidak sengaja buang air besar, tetapi bukan disebabkan oleh penyakit maupuan kelainan fisik. Anak harus memiliki usia kronologis minimal 4 tahun, atau pada anak- anak dengan perkemabangan yang lambat, usia mentalnya minimal 4 tahun (APA, 2000). Sebuah penelitian menyebutkan bahwa sekitar 1,5 persen anak usia SD mengalami encopresis. Lebih rinci lagi, 2 persen dari jumlah tersebut adalah anak laki-laki usia 8 tahun. Sementara anak perempuan usia 8 tahun yang mengalami encopresis hanya 0,7 persen. Masih menurut survei, anak laki-laki lebih sering mengalami encopresis sekitar 3 kali lipat dibandingkan anak perempuan. kejadian encopresis tak berkaitan sama sekali dengan faktor genetik, status sosial, atau status ekonomi. Jadi, siapa pun bisa mengalaminya. Pada beberapa kasus, encopresis dialami oleh anak yang hiperaktif dan ADHD.
Ada 2 klasifikasi mengapa anak mengalami encopresis. Pertama, anak belum pernah dilatih toilet training. Jadi, otomatis dia selalu BAB di celana. Kedua, anak pernah dilatih toilet training dan bisa menerapkannya. Namun, karena kondisi tertentu si anak kemudian tak bisa mengendalikan buang air lagi sehingga terjadilah encopresis.

Pencegahan enuresis

Anak harus dibiasakan untuk buang air kecil di toilet setiap pagi hari dan didorong agar tidak terbiasa menahan kencing. Kondisi-kondisi yang membuat anak tidak nyaman untuk menggunakan toilet sedapat mungkin dihindari. Karena konstipasi dapat menjadi faktor predisposisi enuresis, pencegahannya juga dapat mencegah terjadinya enuresis. Dengan demikian, anak juga harus dibiasakan untuk buang air besar setelah makan pagi, diet kaya serat, dan tidak terbiasa menahan buang air besar. Anak harus mengurangi minum setelah makan malam sehingga anak harus dibebaskan minum pada pagi dan awal siang hari.

Dampak Neuresis

-biasanya anak akan merasa malu bahkan merasa bersalah gara-gara tidak bisa buang air di tempat yang semestinya. Apalagi jika orang tua atau teman-teman meledek dan mengejeknya. Ia akan lebih malu dan ujung-ujungnya merasa sedih karena tidak mampu menahan pipisnya maupun menutupi "aib" yang menimpanya.
-Oleh karena sering mengompol, anak akan menilai dirinya nakal
-anak akan menjalani hari-harinya dalam kondisi tegang, tidak percaya diri dan memunculkan konsep diri negatif dalam dirinya
-mengalami masalah ketika bersosialisasi Karena selalu merasa tegang. Dia menjadi anak yang sulit bergaul, pendiam dan berusaha menutupi "kekurangannya" semata-mata karena takut diledek atau dicemooh.

mengatasi enuresis

* Cari tahu penyebab anak mengompol, apakah ia mengalami gangguan medis, psikologis atau apa pun yang menjadi sumber ketegangan emosinya.
* Untuk mengetahui penyebabnya, orang tua mestinya berdialog dengan anak agar bisa menggali masalah yang sedang dihadapi anak. Pandai-pandailah mengajak anak berkomunikasi secara terbuka, tapi jangan sampai membuatnya tegang, sedih atau malu.
* Jangan pernah merasa lelah bersikap sabar dan bijak. Rasa malu punya anak yang masih mengompol sama sekali tidak akan menyelesaikan masalah.
* Jangan menghakiminya sebagai anak yang jorok, nakal, atau tak bisa mandiri. Anak justru akan menjadi semakin malu dan merasa bersalah.
* Selami perasaan anak, adakah kebutuhan yang belum terpenuhi atau apakah ia merasa kurang perhatian sehingga berusaha menarik perhatian orang tua dengan cara mengompol.
* Jalin komunikasi intens dengan anak, baik kualitas maupun kuantitasnya. Penuhi kebutuhan anak akan kehadiran orang tua di sisinya dan kebutuhan untuk didengar keluh-kesahnya.
* Jika ada situasi atau kondisi yang membuat anak merasa tegang, seperti takut ke sekolah, cepat bantu carikan solusinya agar anak merasa aman dan nyaman, hingga tak takut lagi ke sekolah.
* Jika penyebabnya sudah diketahui, misalnya takut sekolah atau enggan mengikuti pelajaran tertentu karena gurunya "galak", maka orang tua perlu berkonsultasi dengan sang guru guna membicarakan masalah yang dialami anak.
* Jika penyebabnya karena lingkungan rumah, semisal merasa "cemburu" karena ayah-ibu lebih memperhatikan dan menyayangi adik/kakak ketimbang dirinya, mau tidak mau orang tua harus introspeksi dan mengubah pola perhatian dengan porsi yang adil pada masing-masing anak.

Perawatan dan pengobatan

Sebagian besar masalah enuresis dapat sembuh sendiri. Enuresis bukan merupakan kesalahan anak atau orang tua. Keberhasilan dalam perawatan enuresis tergantung pada dorongan yang diberikan kepada seorang anak yang bersifat positif. enuresis dapat di atasi dengan menggunakan dan tanpa menggunakan obat.

Cara mengatasi dengan obat :
1. Obat dessmopressin merupakan sintetik analog arginin vasopressin, bekerja mengurangi produksi air seni dimalam hari dan mengurangi tekanan dalam kandung kencing ( intravesikular ). Efek samping dari obat ini adalah iritasi hidung apabila obat di berikan melalui semprotan hidung dan sakit kepala bahkan menjadi agresif dan mimpi buruk, bias hilang dengan pemberhentian obat. Obat ini di konsumsi sebelum tidur.
2. Obat imipramin yang bersifat antikolinergik tetapi mekanismenya belum dimengerti. Efek buruk menggunakan obat ini adalah jantung.

Cara mengatasi tanpa obat :
1. Terapi motivasi ( motivational therapy ), dengan memberikan hadiah ( reward ) bila tidak ngompol.
2. Terapi alarm ( behavior modification )
3. Latihan menahan keluarnya air kencing ( bledder training exercise ), cara ini di lakukan pada anak yang yang memiliki kandung kencing yang kecil.
4. Terapi kejiwaan ( physiotherapy )
5. Terapi diet, membatasi makanan yang memilki efek terhadap enuresis seperti mengandung coklat, soda, atau kafein.
6. Terapi hipnotis ( hypnotherapy ), blm banyak di lakukan pada penangan enuresis primer.