Sabtu, 05 Juni 2010

HEAR MY WORDS

Sebuah Porsche hitam melaju kencang dijalan yang sepi. Kibum melirik jam digital dimobilnya, 05.00 AM. Ia harus sampai disana sebelum matahari terbit. Matanya memandang buket bunga mawar putih yang tergeletak dikursi penumpang. Kibum tersenyum membayangkan wajah yang ia rindukan namun semenit kemudian air wajah kibum berubah muram. Kibum mengalihkan pandangannya kejalan dan mendesah.
“aku harus cepat” katanya seraya menambah kecepatan laju mobilnya.
Porsche hitam itu berhenti disebuah pantai. Kibum mematikan mesin mobil, meraih buket bunga disampingnya dan segera turun. Ia mengedarkan pandangannya kesekeliling pantai yang cukup gelap, berharap dapat melihat senyum gadis itu menyambutnya. Namun tidak ada siapa pun disana. hanya suara debur ombak yang menyambut kedatangannya dan tiupan angin yang berhembus menyambut setiap langkah kakinya. Kibum berhenti dipinggir pantai. Meletakkan tubuhnya dipasir yang lembut dan meletakkan bunga mawar putih yang dibawanya tadi disampingnya.
“bo mi aku datang” kata kibum pelan
Suara debur ombak seakan menjawab sapaan kibum. Matanya memandang jauh ke laut. Kibum merapatkan jaket abu-abu dan topi hoodie hitamnya. Menghalangi dinginnya angin yang bermain disekitarnya. Memejamkan matanya, mengingat – ingat bagaimana manis senyumnya, derai tawanya yang unik, wajah cantiknya, tangan mungilnya, tubuhnya yang hangat namun rapuh. Seperti roll film yang berputar dikepalanya. Semuanya terbayang kembali secara sempurna.

Kibum masih mengingat dengan sangat baik tentang hari itu. suara debur ombak yang menyapu pinggir pantai. Pasir putih yang terasa lembut di kakinya yang telanjang. Dan tangan mungil bo mi yang menggenggam tangannya erat. Sangat erat, seakan mengatakan ‘pegang aku dengan erat dan jangan dilepaskan lagi’. tapi bagi kibum terlihat seperti ‘pegang aku dengan erat karena aku ingin menghilang ke suatu tempat’. Kaki mereka melangkah perlahan menyusuri pantai yang sepi. Bo mi menghentikan langkahnya dan memandang jauh ke laut yang gelap.
“kau lelah? Sebaiknya kita kembali ke rumah sakit” kata kibum memandang gadis disebelahnya
“tidak. Aku masih ingin disini” jawab bo mi menggelengkan kepalanya tanpa berpaling
“tapi angin malam tidak baik untuk kesehatanmu. Kita bisa kembali kesini lagi besok” bujuk kibum melepaskan tangannya untuk memakaikan jaket miliknya ke tubuh mungil bo mi.
“aku tidak apa – apa. Kau sudah berjanji, oppa akan menemaniku malam ini” kata bo mi
“aku tidak percaya aku melakukannya. Bibi pasti akan marah” kata kibum mendesah
“tenang saja eomma percaya pada oppa” kata bo mi tersenyum
“aku pasti disangka sedang menculikmu” kata kibum
“bukankah kita sudah sering melakukannya” kata bo mi tertawa kecil
“oppa apa kau masih ingat, dulu saat kita masih kecil kita sering sekali main petak umpat. Rasanya rindu sekali. Saat itu tidak ada yang dapat menemukanku. Aku sangat mahir bersembunyi bukan?” Tanya bo mi
“bukannya lebih tepat disebut nyasar?” kibum balik bertanya seraya tersenyum mengejek
“heii aku hanya bersembunyi. Tidak asyik jika langsung ketemu kan” kata bo mi tidak mau kalah
“kau bersembunyi terlalu jauh. Kita bermain di taman tapi kau bersembunyi hampir di luar komplek. Pada akhirnya kami semua harus mencarimu hingga sore” kata kibum berpura-pura serius
“tapi pada akhirnya oppa selalu berhasil menemukanku” kata bo mi
“Katakan oppa kenapa kau selalu tahu dimana aku bersembunyi? Kenapa kau selalu bisa menemukanku?” Tanya bo mi ingin tahu
Kibum memandang bo mi dengan lembut kemudian tersenyum
“aku pasti selalu bisa menemukanmu. Kau mudah ditemukan” kata kibum seraya mengacak-acak rambut bo mi
“oppa…aku bukan anak kecil” kata bo mi merengut kesal
Kibum tertawa melihat bo mi yang sedang berusaha merapikan rambutnya kembali. kibum mengacak – acak rambut bo mi sekali lagi hingga membuat bo mi berteriak kesal. Ia tahu sejak kecil bo mi paling kesal jika rambutnya diacak-acak layaknya anak kecil terlebih lagi jika dilakukan olehnya. Tapi kibum senang sekali menggoda bo mi. menikmati wajah marah bo mi yang terlihat manis.
“oppaa……!!!” teriak bo mi kesal
“haha…mian mian…biar kubantu” kata kibum meminta maaf seraya tertawa
Kibum mendekati bo mi. meraih tiap helai rambut bo mi yang lembut dan merapikannya. Bo mi membiarkan kibum merapikan rambutnya. Raut kesal diwajahnya segera menghilang berganti dengan senyum. Walau bo mi paling kesal jika kepalanya disentuh layaknya anak kecil tapi ia paling suka jika kibum sedang menyentuh kepalanya. Derai napas kibum yang hangat menerpa wajah pucat bo mi. kibum membelai kepala bo mi dengan lembut. Bo mi mengangkat kepalanya memandang kibum.
“jam berapa sekarang?” Tanya bo mi
“05.00 AM” jawab kibum melirik jam digital di handphonenya
“sebentar lagi matahari terbit” gumam bo mi memandang langit yang mulai sedikit terang
“kau masih saja senang melihat matahari terbit bo mi” kata kibum
Bo mi tersenyum kecil
“kau tahu aku suka sekali melihat matahari terbit oppa. Dulu kau juga selalu menemaniku menunggu matahari terbit bukan?” kata bo mi
“kau yang selalu menyeretku untuk melihatnya saat kau tidak bisa tidur” kata kibum
“ne...tapi pada akhirnya aku melihatnya sendirian dan kau malah kembali tidur” kata bo mi menggelengkan kepalanya pura-pura kecewa
“hei..aku kan butuh tidur” ujar kibum membela diri
Bo mi tertawa kecil
“kau memang selalu begitu oppa” kata bo mi
Kibum tersenyum kecil seraya menggosok belakang kepalanya.
“sekarang sudah ada donghae hyung yang akan menemanimu melihat matahari terbit setiap hari” kata kibum menatap riak – riak ombak
“hae oppa juga terkadang menemaniku melihatnya” kata bo mi memandang jauh ke laut
“ada apa? Kalian bertengkar?” Tanya kibum heran mendengar nada bicara bo mi yang tidak biasa
Bo mi menggelengkan kepalanya pelan dan tersenyum tipis.
“aniyo…Hae oppa adalah pria yang baik dan romantis. Dia selalu bersamaku dan menjagaku dengan baik” jawab bo mi tanpa berpaling
“lalu?” Tanya kibum lagi
Bo mi diam sesaat memandang kibum.
“hae oppa…melamarku” jawab bo mi
Kibum terdiam sesaat kemudian tersenyum miris. Tentu saja, donghae dan bo mi adalah sepasang kekasih. Wajar jika akhirnya donghae melamar bo mi. tapi kibum tidak menyangka akan secepat ini.
jika ingin diceritakan dari awal, kibum dan bo mi adalah sahabat kecil. Namun seiring berjalannya waktu kibum tidak bisa lagi memandang bo mi sebagai sahabat kecil namun sebagai wanita yang cantik. Kibum sadar ia sudah terlanjur jatuh cinta pada sahabat kecilnya. Namun pertemuan mengejutkan antara bo mi dengan donghae sahabatnya membuatnya harus menekan perasaannya. Dan menekan semakin dalam perasaannya saat mendengar akhirnya mereka berdua berpacaran.
“lalu apa jawabanmu?” Tanya kibum ingin tahu
Bo mi menundukkan kepalanya. Memainkan pasir yang lembut dengan kakinya.
“aku tidak bisa. Dengan kondisiku sekarang aku takut tidak akan bisa terus bersamanya” jawab bo mi lirih
Leukemia. Bo mi divonis mengidap leukemia sejak 4 tahun yang lalu. Namun kibum baru menyadarinya 1 tahun terakhir ini, itu pun ia mengetahuinya dari donghae. Rasanya ironis sekali. Selalu bersama sejak kecil namun ia tidak pernah menyadari dengan perubahan fisik bo mi yang semakin melemah dan wajah yang pucat. Saat itu kibum hanya menganggap bo mi terlalu lelah karena harus bekerja part time sepulang sekolah dan lebih banyak kerja part time saat libur. Namun dongahe yang saat itu baru pulang dari cina sangat terkejut melihat wajah pucat bo mi dan segera membawanya ke rumah sakit. Dan hasilnya, leukemia dan sisa hidupnya hanya tinggal 3 - 4 bulan saja. Kibum hanya bisa diam tak percaya dan berpikir ‘ bukankah kulit bo mi biasanya seperti itu?’
“aku sudah menyakitinya. Ia pasti membenciku sekarang” kata bo mi membuyarkan lamunan kibum
“tidak. Dongahe hyung pasti mengerti. Hyung bukan orang seperti itu. ia sangat mencintaimu dan ia pasti mengerti” kata kibum dengan nada menghibur
Bo mi mengangkat kepalanya “jinja?” tanyanya
“ne..ne..” kata kibum mantap
“khamsahamnida. Kau memang oppa terbaikku” kata bo mi tersenyum
“cheonmaneyo” kata kibum balas tersenyum
Tidak ada yang berbicara selama beberapa menit. bo mi merapatkan jaket milik kibum ditubuhnya menahan dinginnya angin pantai yang terus bertiup. Bo mi terus menatap jauh ke laut dalam diam.
“aku sedang berpikir” kata bo mi bersuara
“mwo?” Tanya kibum
“kapan kita bisa bertemu lagi? terus bersama seperti ini?” tanya bo mi tanpa berpaling
“apa maksudmu? Kenapa kau bicara seperti itu? kau aneh” kata kibum tidak mengerti
“haha…anniyo” kata bo mi tertawa kecil
Kibum memperhatikan bo mi dan berpikir kenapa dia bisa bicara dengan ekspresi yang menyenangkan seperti itu? sedangkan di kepalanya yang kecil itu pastinya sedang berkumpul berbagai macam pikiran, kekhawatiran dan ketakutan mungkin.
“apa kau sedang memikirkan sesuatu?” Tanya kibum
Bo mi menoleh memandang kibum
“jika ini mengenai perkataan para dokter tua itu, dengarkan aku. itu hanya sebuah diagnosa. Mereka bilang umurmu hanya sampai 2 tahun saja tapi lihat sekarang, kau bersamaku, bicara, tertawa. Kau mampu mengahadapinya, aku percaya. Ada aku dan donghae hyung. Kami siap bersamamu 24 jam. Tidak perlu kau simpan semua pikiran tidak perlu itu di kepalamu yang kecil ini sendirian. bisa-bisa nanti terjadi ledakan” kata kibum nyengir seraya menunjuk kepala bo mi kemudian membuat gaya ledakan dengan tangannya
Bo mi tertawa kecil kemudian tersenyum.
“tapi pada akhirnya aku akan kalah juga kan dari penyakit ini?” kata bo mi lirih
“YA!! Kang Bo Mi!! sudah kubilang jangan kau berpikir yang tidak perlu. Kau akan hidup dan terus hidup. Kita akan bermain petak umpat lagi, dan aku pasti akan menemukanmu lagi. titik” kata kibum sedikit kesal
Bo mi sedikit tertegun mendengar perkataan kibum.
“kenapa oppa jadi cerewet begini sih? Oppa jadi lebih mirip eomma” kata bo mi mengernyit heran sekaligus menahan senyum
“aku bukan cerewet tapi sedang menyemangatimu tahu. Kau ini tidak pernah berubah, selalu menyimpan semua hal sendirian, selalu asal bicara dan tetap tak sadar kalau selalu membuat orang lain khawatir” kata kibum mengomel sendiri
Akhirnya bo mi tidak bisa menahan senyumnya lagi dan sebuah tawa keluar dari bibirnya yang tipis. “mian. Tapi…aku senang” katanya disela tawanya
Kibum segera memalingkan wajahnya. menutupi semburat merah diwajahnya.
“pokoknya kau tidak perlu mendengar perkataan para dokter tua itu. tidak perlu bersedih ada aku disampingmu. Aku sudah berjanji pada mendiang paman untuk menjagamu. Tidak perlu khawatir lagi” kata kibum seraya memegang kepala bo mi
“ne..araseo. kamsahamnida oppa” kata bo mi tersenyum
Bo mi terdiam memandang kibum.
“mwo?” Tanya kibum
“aku diajari terus. Sejak kecil oppa sangat baik padaku. Aku tak bisa memberikan apa-apa padamu” kata bo mi seraya berpikir
“hahh?”
Bo mi mendekati wajah kibum membuat semburat merah tipis kembali muncul diwajah kibum yang tampan.
“hanya satu yang bisa kuajarkan pada oppa” kata bo mi dengan ekspresi yang tidak berubah
“mengajarkan apa? Tung….hei!?” perkataan kibum berhenti saat tiba – tiba bo mi menarik tangannya

“tunggu dulu” kata kibum mendesah
“kenapa harus berdansa?” Tanya kibum sedikit malu
“mau apa lagi. aku tidak pintar bicara seperti oppa. Tapi aku mahir dalam hal berdansa jadi dengarkan saja instrunksiku” kata bo mi
Kibum kembali mendesah dan akhirnya menyerah
“mulai kaki kanan mundur.. kaki kiri mundur sedikit ke samping… rapatkan kaki kanan ke kaki kiri, kaki kiri mundur….” Kata bo mi memberi instruksi
Kaki kibum melangkah dengan kaku di atas pasir yang lembut, mencoba mengikuti instruksi dari bo mi.
“lama! Salah!! Sedikit kecilkan langkah kaki oppa!!” kata bo mi
“duuh..sampai itu pun kau perhatikan” ujar kibum
Bo mi terus memberi instruksi hingga akhirnya kibum dapat berdansa dengan lancar.
“baik..sudah mulai bisa kan?” Tanya bo mi
Kibum diam memandang bo mi.
‘dia tidak pintar berlari tapi kakinya melangkah begitu ringan..melambai – lambai seperti ikan yang mengapung di air. Mengalun begitu alami’ pikir kibum
“bo mi” panggil kibum
“hn?”
“mian aku tidak segera menyadari tentang penyakitmu. Rasanya sedikit mengesalkan” kata kibum
“kwanchanaeyo. Seharusnya aku yang meminta maaf. Mian sudah menyembunyikannya dari oppa” kata bo mi tersenyum kecil
Tidak ada yang bersuara selama beberapa menit. kaki mereka terus melangkah, berputar dengan pelan di atas pasir yang lembut diantara suara debur ombak yang menyapu pantai.
“oppa..perdengarkan suaramu sebagai ganti lagu” pinta bo mi memandang kibum
“hahh? Dilihat begitu dekat susah bicara tahu!” kata kibum gugup
“oh..kalau begitu aku begini saja” kata bo mi seraya meletakkan wajahnya di dada kibum
‘duuh..makin susah..’ pikir kibum semakin gugup
“bernyanyilah oppa” pinta bo mi lagi
“ne..ne..” kata kibum
Kibum berdeham perlahan kemudian mulai bernyanyi

The loneliness of nights so long
The search for strength to carry on
My every hope had seemed to die
My eyes had no more tears to cry
Then like the sun shined up above
Your surrounded me with your endless love
Cause all the things I couldn't see
Now so clear to me

You are my everything
Nothing your love won't bring
My life is yours alone
The only love I've ever know
Your spirit pulls me through
When nothing else will do
Every night I pray on bended knee
That you will always be
My everything


Bo mi memejamkan matanya. Menikmati setiap alunan lirik yang diucapkan oleh kibum. Namun disaat bo mi hampir terlena kibum menghentikan nyanyiannya.
“kenapa berhenti?” Tanya bo mi tanpa mengangkat wajahnya
“kalau kau ingin mendengarku terus bernyanyi, berapa banyak lagu pun akan aku nyanyikan. Tapi bisakah, walau cuma saat ini pun tak apa, pikirkan hanya tentang diriku” kata kibum menghentikan langkah kakinya.
“wae yo?” Tanya bo mi membuka matanya
“karena aku ingin kita terus terhubung” jawab kibum
Bo mi terdiam dengan sedih
“ne..” kata bo mi tersenyum lemah kemudian memejamkan matanya kembali.
kibum memeluk tubuh bo mi dengan erat kemudian bernyanyi kembali.

The loneliness of nights so long
The search for strength to carry on
My every hope had seemed to die
My eyes had no more tears to cry
Then like the sun shined up above
Your surrounded me with your endless love
Cause all the things I couldn't see
Now so clear to me

You are my everything
Nothing your love won't bring
My life is yours alone
The only love I've ever know
Your spirit pulls me through
When nothing else will do
Every night I pray on bended knee
That you will always be
My everything

Oohh
You're the breath of life in me
The only one that sets me free
That you will make my soul complete
For all time... For all the time

You are my everything
Nothing your love won't bring
My life is yours alone
The only love I've ever know
Your spirit pulls me through
When nothing else will do
Every night I pray down on bended knee
That you will always be
My everything

Oh my everything


Cahaya matahari yang mulai terbit menerpa tubuh kibum yang tak beranjak dari tempatnya. Namun pagi ini cahaya mataharinya tidak terlalu hangat.
“cuaca pagi ini sedikit mendung. Tapi…selamat pagi bo mi” kata kibum seraya tersenyum
Kibum kembali terdiam memandang laut kemudian memandang tangannya. Semilir angin bertiup menerpa telapak tangan kibum yang kosong. Ingatan itu masih melekat dengan jelas dikepalanya tapi kini tangannya telah kosong. Tidak ada lagi tangan mungil bo mi di dalam genggamannya. Tidak ada lagi tubuh rapuh bo mi dipelukannya. Kibum mengepalkan genggamannya kemudian berdiri. Ia melihat sebatang kayu yang tergeletak tidak jauh darinya. segera ia mengambilnya dan menggoreskannya diatas pasir seraya bernyanyi lagu yang sama.
Kibum menggoreskan satu huruf terakhir kemudian membuang batang kayu ditangannya. Kibum memandang hasil karyanya dengan puas. Sebuah kalimat yang seharusnya ia katakan sedari dulu.


“bo mi…aku sedang berpikir ketika tangan kita saling bertaut kembali, akankah kau lupa tentang hari itu? tentang aku?” Tanya kibum
Suara debur ombak seakan menjawab pertanyaan kibum.
“tidak. Tentu saja tidak” kata kibum tersenyum kecil
Kibum memandang langit pagi yang mendung sesaat seraya tersenyum kembali kemudian berbalik. Menaiki Porsche hitamnya dan melaju pergi. Sapuan ombak perlahan menyeret buket bunga mawar putih milik kibum ke tengah laut. Meninggalkan pesan dari kibum untuk bo mi tetap terukir di pasir sebagai kenangan.

Aku mengatakan sesuatu pada langit pagi ini
Apa kau mendengarnya?
………
Saranghae Kang Bo mi
Cheomal saranghae
………

END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar