Senin, 24 Mei 2010

DIAGNOSA

Untuk mengetahui penyebab kesulitan pengendalian BAB ini, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan yaitu:
* Pemeriksaan kelainan saraf, misalnya pemeriksaan fungsi saraf dan lapisan otot-otot pelvis (panggul).
* Pemeriksaan struktur/organ pencernaan.
* Pemeriksaan anus dan rektum.
* Pemeriksaan sensasi di sekeliling lubang anus.
* Pemeriksaan sigmoidoskopi (pemeriksaan bagian dalam usus besar).
Pengobatan atau terapinya hampir sama dengan encopresis. Jika tak kunjung berhasil mungkin diperlukan proses pembedahan.

MUNGKIN ADA GANGGUAN PENCERNAAN

JIKA tak ada faktor yang mengontribusi munculnya encopresis maka tetap harus diwaspadai. Jangan-jangan ada masalah dengan kesehatannya. Misalnya ada penyakit atau gangguan di organ pencernaan. Kepastian akan adanya kelainan di bagian usus dapat terdeteksi melalui pemeriksaan rontgen.
Berikut ini beberapa gangguan/penyakit yang bisa menyebabkan BAB tak terkendali:
* Diare yang tak kunjung sembuh.
* Penyakit kencing manis (diabetes melitus).
- Gangguan urat saraf tulang belakang.
* Gangguan anus seperti tumor anus atau adanya penonjolan lapisan rektum melalui anus.
Semua penyakit ini memiliki gejala hampir sama dengan encopresis, yakni si penderita tidak mampu mengontrol BAB-nya.

TERAPI

Penderita encopresis membutuhkan penanganan yang tepat dengan melakukan terapi yaitu konseling atau edukasi pada anak mengenai BAB. Salah satunya adalah terapi yang bisa dilakukan kalau anak selalu menahan BAB karena merasa jijik dan tak mau masuk ke kamar mandi umum:
* Tanamkan bahwa tidak semua kamar mandi umum/sekolah akan resik dan wangi sesuai dengan harapannya.
* Sebelum menggunakan toilet umum/sekolah, minta ia membersihkan dengan menyiramnya terlebih dahulu.
* Tak ada salahnya anak selalu dibekali tisu, masker, dan pengharum ruangan untuk lebih menyamankannya saat di toilet umum.
* Yang pasti, jangan beri anak pembalut untuk mengatasi encopresis-nya. Ini justru tak mendidik.
* Jika masalah psikologis anak tampak berat, sampai stres atau trauma misalnya, ada baiknya orang tua dan anak duduk bersama membahas permasalahan yang dihadapi. Jika perlu konsultasikan dengan psikolog.
* Terapkan pola makan yang baik dan teratur. Usahakan banyak mengonsumsi makanan berserat, sayuran, buah-buahan, serta susu. Kurangi konsumsi makanan berlemak tinggi, junk food, dan soft drink.
* Kepada anak yang selalu merasa nyeri saat mau BAB bisa diberikan obat-obatan untuk pengencer tinja. Namun, penggunaanya harus tetap berdasarkan rekomendasi dokter.
* Ajarkan untuk melakukan BAB secara teratur, misalnya pagi atau malam hari.
* Yang pasti, anak jangan disalahkan atau dicemooh kalau mengalami encopresis. Mestinya orang tua selalu mendukung dan membantu kesulitan anak

AKIBAT FISIK-PSIKIS

Anak yang mengalami encopresis akan mengalami berbagai masalah emosi, seperti rendah diri, tak mau bersosialisasi atau menarik diri dari pergaulan. Ia juga akan merasa malu, takut dicemooh, atau khawatir dimarahi. Belum lagi secara fisik, anak mengalami nyeri di bagian perut karena berusaha menahan BAB.

AKIBAT FISIK-PSIKIS

Anak yang mengalami encopresis akan mengalami berbagai masalah emosi, seperti rendah diri, tak mau bersosialisasi atau menarik diri dari pergaulan. Ia juga akan merasa malu, takut dicemooh, atau khawatir dimarahi. Belum lagi secara fisik, anak mengalami nyeri di bagian perut karena berusaha menahan BAB.

PENYEBAB ENCOPRESIS

Belum diketahui secara pasti apa yang menjadi penyebab anak mengalami encopresis. ada beberapa faktor yang "mengontribusi" terjadinya encopresis yaitu:
1. Stres
2. Kurang aktivitas fisik
3. Selalu menahan BAB
4. Makanan/Minuman
5. Trauma
6. Obat-obatan
7. Kegagalan toilet training

Enkopresis

Enkopresis berasal dari bahasa Yunani en- dan kopros, yang artinya “feses”. Enkopresis adalah secara tidak sengaja buang air besar, tetapi bukan disebabkan oleh penyakit maupuan kelainan fisik. Anak harus memiliki usia kronologis minimal 4 tahun, atau pada anak- anak dengan perkemabangan yang lambat, usia mentalnya minimal 4 tahun (APA, 2000). Sebuah penelitian menyebutkan bahwa sekitar 1,5 persen anak usia SD mengalami encopresis. Lebih rinci lagi, 2 persen dari jumlah tersebut adalah anak laki-laki usia 8 tahun. Sementara anak perempuan usia 8 tahun yang mengalami encopresis hanya 0,7 persen. Masih menurut survei, anak laki-laki lebih sering mengalami encopresis sekitar 3 kali lipat dibandingkan anak perempuan. kejadian encopresis tak berkaitan sama sekali dengan faktor genetik, status sosial, atau status ekonomi. Jadi, siapa pun bisa mengalaminya. Pada beberapa kasus, encopresis dialami oleh anak yang hiperaktif dan ADHD.
Ada 2 klasifikasi mengapa anak mengalami encopresis. Pertama, anak belum pernah dilatih toilet training. Jadi, otomatis dia selalu BAB di celana. Kedua, anak pernah dilatih toilet training dan bisa menerapkannya. Namun, karena kondisi tertentu si anak kemudian tak bisa mengendalikan buang air lagi sehingga terjadilah encopresis.

Pencegahan enuresis

Anak harus dibiasakan untuk buang air kecil di toilet setiap pagi hari dan didorong agar tidak terbiasa menahan kencing. Kondisi-kondisi yang membuat anak tidak nyaman untuk menggunakan toilet sedapat mungkin dihindari. Karena konstipasi dapat menjadi faktor predisposisi enuresis, pencegahannya juga dapat mencegah terjadinya enuresis. Dengan demikian, anak juga harus dibiasakan untuk buang air besar setelah makan pagi, diet kaya serat, dan tidak terbiasa menahan buang air besar. Anak harus mengurangi minum setelah makan malam sehingga anak harus dibebaskan minum pada pagi dan awal siang hari.

Dampak Neuresis

-biasanya anak akan merasa malu bahkan merasa bersalah gara-gara tidak bisa buang air di tempat yang semestinya. Apalagi jika orang tua atau teman-teman meledek dan mengejeknya. Ia akan lebih malu dan ujung-ujungnya merasa sedih karena tidak mampu menahan pipisnya maupun menutupi "aib" yang menimpanya.
-Oleh karena sering mengompol, anak akan menilai dirinya nakal
-anak akan menjalani hari-harinya dalam kondisi tegang, tidak percaya diri dan memunculkan konsep diri negatif dalam dirinya
-mengalami masalah ketika bersosialisasi Karena selalu merasa tegang. Dia menjadi anak yang sulit bergaul, pendiam dan berusaha menutupi "kekurangannya" semata-mata karena takut diledek atau dicemooh.

mengatasi enuresis

* Cari tahu penyebab anak mengompol, apakah ia mengalami gangguan medis, psikologis atau apa pun yang menjadi sumber ketegangan emosinya.
* Untuk mengetahui penyebabnya, orang tua mestinya berdialog dengan anak agar bisa menggali masalah yang sedang dihadapi anak. Pandai-pandailah mengajak anak berkomunikasi secara terbuka, tapi jangan sampai membuatnya tegang, sedih atau malu.
* Jangan pernah merasa lelah bersikap sabar dan bijak. Rasa malu punya anak yang masih mengompol sama sekali tidak akan menyelesaikan masalah.
* Jangan menghakiminya sebagai anak yang jorok, nakal, atau tak bisa mandiri. Anak justru akan menjadi semakin malu dan merasa bersalah.
* Selami perasaan anak, adakah kebutuhan yang belum terpenuhi atau apakah ia merasa kurang perhatian sehingga berusaha menarik perhatian orang tua dengan cara mengompol.
* Jalin komunikasi intens dengan anak, baik kualitas maupun kuantitasnya. Penuhi kebutuhan anak akan kehadiran orang tua di sisinya dan kebutuhan untuk didengar keluh-kesahnya.
* Jika ada situasi atau kondisi yang membuat anak merasa tegang, seperti takut ke sekolah, cepat bantu carikan solusinya agar anak merasa aman dan nyaman, hingga tak takut lagi ke sekolah.
* Jika penyebabnya sudah diketahui, misalnya takut sekolah atau enggan mengikuti pelajaran tertentu karena gurunya "galak", maka orang tua perlu berkonsultasi dengan sang guru guna membicarakan masalah yang dialami anak.
* Jika penyebabnya karena lingkungan rumah, semisal merasa "cemburu" karena ayah-ibu lebih memperhatikan dan menyayangi adik/kakak ketimbang dirinya, mau tidak mau orang tua harus introspeksi dan mengubah pola perhatian dengan porsi yang adil pada masing-masing anak.

Perawatan dan pengobatan

Sebagian besar masalah enuresis dapat sembuh sendiri. Enuresis bukan merupakan kesalahan anak atau orang tua. Keberhasilan dalam perawatan enuresis tergantung pada dorongan yang diberikan kepada seorang anak yang bersifat positif. enuresis dapat di atasi dengan menggunakan dan tanpa menggunakan obat.

Cara mengatasi dengan obat :
1. Obat dessmopressin merupakan sintetik analog arginin vasopressin, bekerja mengurangi produksi air seni dimalam hari dan mengurangi tekanan dalam kandung kencing ( intravesikular ). Efek samping dari obat ini adalah iritasi hidung apabila obat di berikan melalui semprotan hidung dan sakit kepala bahkan menjadi agresif dan mimpi buruk, bias hilang dengan pemberhentian obat. Obat ini di konsumsi sebelum tidur.
2. Obat imipramin yang bersifat antikolinergik tetapi mekanismenya belum dimengerti. Efek buruk menggunakan obat ini adalah jantung.

Cara mengatasi tanpa obat :
1. Terapi motivasi ( motivational therapy ), dengan memberikan hadiah ( reward ) bila tidak ngompol.
2. Terapi alarm ( behavior modification )
3. Latihan menahan keluarnya air kencing ( bledder training exercise ), cara ini di lakukan pada anak yang yang memiliki kandung kencing yang kecil.
4. Terapi kejiwaan ( physiotherapy )
5. Terapi diet, membatasi makanan yang memilki efek terhadap enuresis seperti mengandung coklat, soda, atau kafein.
6. Terapi hipnotis ( hypnotherapy ), blm banyak di lakukan pada penangan enuresis primer.

Ciri- ciri diagnostic dari Enuresis sesuai DSM- IV:

•Anak berulang kali mengompol di tempat tidur atau pakaian (baik disengaja maupun tidak).
•Usia kronologis anak minimal 6 tahun (atau anak berada pada tingkat perkembangan yang setara).
•Perilaku tersebut muncul setidaknya dua kali seminggu selama 3 bulan, atau menyebabkan hendaya yang signifikan dalam fungsi atau distres.
•Gangguan ini tidak memiliki dasar organik.

Penyebab enuresis

Enuresis primer di sebabkan oleh :
a. Factor genetik
b. Keterlambatan matangnya fungsi sususnan syaraf pusat
c. Gangguan tidur, tidur yang terlalu dalam ( deep sleep ) membuat air seni tidak dapat dikontrol dan tidak tebangun saat air seni sudah penuh dalam kandung kemih
d. Hormone anti diuretic kurang
e. Kelainan anatomi

Enuresis sekunder di sebabkan oleh :
a. Stress kejiwaan, misalnya pelecehan seksual, mendapatkan adik baru, atau kematian dalam keluarga.
b. Kondisi fisik terganggu seperti infeksi saluran kencing, diabetes, sembelit bahkan alergi.

Jenis enuresis

Enuresis terbagi menjadi enuresis nokturnal yaitu enuresis pada malam hari, dan enuresis diurnal yaitu enuresis pada siang hari. Menurut awal terjadinya, enuresis dibagi menjadi enuresis primer, bila enuresis terjadi sejak lahir dan tidak pernah ada periode normal dalam pengontrolan buang air kemih, sedang enuresis sekunder terjadi setelah 6 bulan dari periode setelah kontrol pengosongan air kemih sudah normal, terganggu oleh kejadian lingkungan yang memicu penyebab psikologis, ini biasanya tidak continue dan sementara.
Sebagian besar anak mengalami enuresis jenis nokturnal (atau malam hari). Mereka mengompol selama mereka tidur. Kadang-kadang, beberapa anak mengompol pada siang hari saat mereka terjaga (enuresis diurnal). Mereka mungkin memiliki kandung kemih yang tidak stabil, yang berhubungan dengan infeksi saluran kemih buang air kecil dan yang terlalu sering. Anak-anak ini dapat dirujuk ke dokter anak dan mungkin akan diberi obat selama beberapa waktu yang dapat melemaskan otot kandung kemih.

ENURESIS

enuresis, yaitu mengeluarkan air seni secara tidak sadar pada usia dimana seharusnya sudah dapat mengendalikan keinginan buang air kecil, dan hal ini merupakan hal yang umum terjadi pada anak dan remaja yang bila terjadi ketika tidur di malam hari disebut dengan Enuresis Nocturnal. Anak-anak mencapai kontrol kandung kemih (kontinensi) pada usai yang berbeda beda, sebagian besar anak anak mengalami kontinensi pada usia 4 atau 5 tahun.
Enuresis terjadi pada 20% anak berusia 5 sampai 6 tahun dan sekitar 1% remaja. Sebagian besar anak yang mengalami enuresis dinyatakan normal secara fisik dan emosional. Walaupun beberapa dari mereka memang ada yang memiliki kandung kemih yang kecil, tetapi hal ini seharusnya tidak menghalangi mereka untuk tidak mengompol.
Enuresis sering merupakan turunan dalam keluarga, sekitar 85% anak yang mengalami enuresis memiliki kerabat yang juga mengalami enuresis, dan sekitar setengah dari mereka memiliki orang tua atau saudara yang juga mengalami enuresis. Enuresis dilaporkan pada 43% anak dari ayah penderita enuresis, 44% anak dari ibu penderita enuresis dan 77% anak bila ibu dan ayahnya penderita enuresis.

Minggu, 23 Mei 2010

Hal yang perlu diingat

•gangguan bahasa reseptif berarti bahwa anak memiliki kesulitan dengan pemahaman apa yang dikatakan kepada mereka.
•Penyebab gangguan bahasa reseptif tidak diketahui, tetapi diduga terdiri dari sejumlah faktor yang bekerja dalam kombinasi. Pilihan pengobatan termasuk terapi wicara-bahasa.

Pengobatan

kemajuan si anak tergantung pada berbagai faktor individu, misalnya apakah cedera otak atau tidak hadir. Pilihan pengobatan dapat mencakup:
•Pidato bahasa terapi
•Satu-satu terapi serta terapi kelompok, tergantung pada kebutuhan anak
•Khusus pendidikan kelas di sekolah
•Integrasi dukungan di prasekolah atau sekolah dalam kasus-kasus kesulitan yang parah
•Arahan ke layanan kesehatan mental untuk perawatan (jika ada juga masalah perilaku yang signifikan).

Metode diagnosis

Penilaian kebutuhan untuk menentukan daerah-daerah tertentu anak kesulitan, terutama bila mereka tidak menanggapi bahasa lisan.Diagnosis mungkin termasuk:
•Mendengar tes oleh audiolog untuk memastikan masalah bahasa tidak disebabkan oleh gangguan pendengaran dan untuk menetapkan apakah atau tidak anak mampu memperhatikan suara dan bahasa (auditori penilaian proses).
•Menguji pemahaman anak (oleh patolog pidato) dan membandingkan hasilnya ke tingkat keterampilan yang diharapkan untuk usia anak. Jika anak dari sebuah rumah yang tidak berbahasa Inggris, penilaian pemahaman harus dilakukan dalam bahasa pertama mereka dan juga dalam bahasa Inggris, dengan menggunakan bahan budaya yang sesuai.
•Tutup observasi anak dalam berbagai pengaturan yang berbeda saat mereka berinteraksi dengan berbagai orang.
•Penilaian oleh neuropsychologist untuk membantu mengidentifikasi masalah kognitif yang terkait.
•Visi tes untuk memeriksa kehilangan penglihatan.

Proses pemahaman bahasa lisan

memahami bahasa lisan merupakan proses rumit. Anak mungkin mengalami masalah dengan satu atau lebih keterampilan berikut ini:
•Mendengar - kehilangan pendengaran dapat menjadi penyebab masalah bahasa.
•Visi - melibatkan pemahaman bahasa isyarat visual, seperti ekspresi wajah dan gerak tubuh. Seorang anak dengan kehilangan penglihatan tidak akan memiliki tambahan isyarat ini, dan mungkin akan mengalami masalah bahasa.
•Perhatian - anak kemampuan untuk memperhatikan dan berkonsentrasi pada apa yang dikatakan mungkin terganggu.
•Pidato suara - mungkin ada masalah membedakan antara bunyi pidato serupa.
•Memori - otak harus mengingat semua kata dalam kalimat untuk memahami apa yang telah dikatakan. The child may have difficulties with remembering the string of sounds that make up a sentence. Anak mungkin mengalami kesulitan dengan mengingat string suara yang membentuk sebuah kalimat.
•Katadan pengetahuan tata bahasa - anak tidak dapat memahami arti kata-kata atau struktur kalimat.
•Pengolahan kata - anak mungkin mengalami masalah dengan pengolahan atau memahami apa yang telah dikatakan kepada mereka.

Penyebab Gangguan bahasa reseptif

Penyebab gangguan bahasa reseptif seringkali tidak diketahui, tetapi diduga terdiri dari sejumlah faktor yang bekerja dalam kombinasi, seperti kerentanan genetik anak, eksposur anak untuk bahasa, dan pemikiran mereka perkembangan umum dan kognitif (dan pemahaman) kemampuan. gangguan bahasa reseptif yang sering dikaitkan dengan gangguan perkembangan seperti autisme. Dalam kasus lain, gangguan bahasa reseptif disebabkan oleh cedera otak seperti trauma, tumor atau penyakit.

Gejala Gangguan bahasa reseptif

Tidak ada menetapkan standar yang menunjukkan gejala gangguan bahasa reseptif, karena bervariasi dari satu anak ke yang berikutnya. Namun, gejala termasuk:
•Tidak tampak mendengarkan ketika mereka bicara
•Kurangnya bunga ketika buku cerita yang dibaca kepada mereka
•Ketidakmampuan untuk memahami kalimat rumit
•Ketidakmampuan untuk mengikuti instruksi lisan
•Membeokan kata atau frasa (Echolalia)
•Bahasa keahlian di bawah tingkat yang diharapkan untuk usia mereka.

Gangguan bahasa reseptif

Definisi
anak memiliki kesulitan dengan pemahaman apa yang dikatakan kepada mereka. Gejala bervariasi antara individu tetapi, secara umum, masalah dengan pemahaman bahasa biasanya dimulai sebelum usia empat tahun. Diperkirakan bahwa antara tiga dan lima persen anak memiliki gangguan bahasa reseptif, atau ekspresif, atau campuran keduanya. Nama lain untuk gangguan bahasa reseptif meliputi gangguan pendengaran dan pusat pengolahan defisit pemahaman. Pilihan pengobatan termasuk terapi wicara-bahasa.

Perkembangan Bahasa Ekspresif dan Reseptif Menurut Myklebust

Myklebust membagi tahap perkembangan bahasa berdasarkan komponen ekspresif dan reseptif sebagai berikut :
1.Lahir – 9 bulan : anak mulai mendengar dan mengerti, kemudian berkembanglah pengertian konseptual yang sebagian besar nonverbal.
2.Sampai 12 bulan : anak berbahasa reseptif auditorik, belajar mengerti apa yang dikatakan, pada umur 9 bulan belajar meniru kata-kata spesifik misalnya dada, muh, kemudian menjadi mama, papa.
3.Sampai 7 tahun : anak berbahasa ekspresif auditorik termasuk persepsi auditorik kata-kata dan menirukan suara. Pada masa ini terjadi perkembangan bicara dan penguasaan pasif kosa kata sekitar 3000 buah.
4.Umur 6 tahun dan seterusnya : anak berbahasa reseptif visual (membaca). Pada saat masuk sekolah ia belajar membandingkan bentuk tulisan dan bunyi perkataan.
5.Umur 6 tahun dan seterusnya : anak berbahasa ekspresif visual (mengeja dan menulis).

Kriteria diagnostik gangguan bahasa ekspresif

1.Pembendaharaan kata yang terbatas, membuat kesalahan dalam pola kalimat, sulit untuk mengingat kata-kata atau membentuk kalimat panjang,
2.terganggu dalam prestasi akademis, pekerjaan, atau komunikasi sosial,
3.tidak memenuhi kriteria gangguan pervasif atau gangguan reseptif-ekspresif campuran,
4.jika terdapat MR akan kesulitan dalam motorik bicara, pemusatan lingkungan, dan kesulitan bahasa.

Terapi untuk gangguan ekspresif

* biasanya 50% dapat sembuh dengan spontan
* latihan pendorong perilaku dan praktek fonen (unit suara), perbendaharaan kata, dan konstruksi kalimat
* konseling parental suportif

akibat dari gangguan ekspresif

* masalah emosional pada usia sekolah (citra diri buruk, frustrasi, depresi)
* mengganggu pencapaian akademik
* masalah perilaku: hiperkativitas, rentang perhatian singkat, perilaku menarik diri, menghisap ibu jari, mengompol, gangguan konduksi

penyebab dan prevelnsi

Penyebab
* trauma (belum jelas)
* faktor genetik ( biasanya memiliki riwayat keluarga fonologis atau gangguan komunikasi lain)
* gangguan neurologis pada anak ( kerusakan / keterlambatan maturasi pada serebral, otak kiri)
* memiliki gangguan pendengaran

Prevelensi
pada anak usia sekolah, laki-laki/ perempuan

ciri-ciri gangguan bahasa ekspresif

* indikasi: usia 18 bulan -> saat anak tidak dapat mengucapkan kata dengan spontan bahkan untuk kata tunggal
* sebelum usia 3 th -> bentuk kurang berat tidak terjadi smpai masa remaja awal, tetap menunjukan keinginan berkomunikasi
* saat mulai bicara, defisit bahasa menjadi jelas, artikulasi imature
* usia 4 th -> berbicara dengan frase pendek, biasanya meluapkan kata yang lama saat mereka mempelajari kata yang baru
* bahasa verbal atau isyarat di bawah tingkat usianya
* skor rendah pada tes verbal, ekspresif yang baku
* bahasa, perbandaharaan kata, tata bahasa sederhana dan sangat terbatas

GANGGUAN BAHASA EKSPRESIF

Definisi
adanya gangguan bahasa dalam hal perbendaharaan kata, pemakaian keterangan (tenses) dengan tepat, produkasi kalimat yang kompleks, dan mengingat kata-kata.

Terapi untuk gangguan komunikasi

Terapi yang digunakan untuk individu yang mengalami gangguan komunikasi diantaranya ialah melakukan terapi bicara dan konseling psikologis untuk kecemasan sosial dan msalah-masalah emosional lainnya (Nevid, 2002). Kaplan (2002) ada beberapa terapi yang dilakukan untuk anak yang mengalami gangguan komunikasi yaitu dengan melakukan latihan pendorong perilaku dan praktek dengan fonem, perbendaharaan kata, mengontruksi kalimat, anak diberikan instruksi linguistik, bicara dan bahasa yang diintegrasikan ke dalam berbagai lingkungan yang dilakukan secara bersama-sama, terapi bicara, pengalihan perhatian, sugesti dan relaksasi.

yang harus dilakukan pada anak dengan gangguan komunikasi

Suatu evaluasi yang dilakukan oleh ahli patologi bicara dan bahasa diantaranya adalah melihat kemampuan berbicara dan berbahasa anak anda menggunakan tes dan skala yang sudah distandarisasi. Ahli patologi tersebut juga akan mengamati apa yang anak mengerti, apa yang anak dapat katakan, komunikasi bahasa tubuh seperti menunjuk, menggeleng, dan status oral-motor anak (bagaimana bentuk bibir, lidah, langit-langit mulut, apakah mereka dapat bekerjasama di dalam berbicara, makan, dan menelan).
Apabila ahli tersebut menyatakan bahwa si anak memerlukan terapi bicara maka keterlibatan orangtua sangat berperan. Suatu tim yang terdiri dari guru, terapis bicara dan bahasa, audiologis, dan orangtua diperlukan untuk menangani gangguan komunikasi pada anak. Amplifikasi mungkin dibutuhkan pada anak dengan gangguan pemdengaran. Anak yang tidak dapat dibantu dengan hearing aid memerlukan terapi yang dini, seperti penggunaan bahasa isyarat dan membaca bibir yang dapat membantu komunikasi mereka.
Orangtua dapat membantu untuk mengevaluasi dan mengamati perkembangan komunikasi anak dengan cara memiliki waktu untuk berkomunikasi dengan anak, meskipun anak masih bayi, berbicara dan menyanyi pada anak dapat merangsang peniruan suara dan bahasa tubuh; bacalah buku untuk anak, dimulai pada usia anak 6 bulan dengan buku yang sesuai dengan usia anak; gunakan kehidupan sehari-hari untuk melatih bicara anak, yang berarti berbicaralah sepanjang hari seperti sebutkan nama-nama makanan di supermarket, jelaskan apa yang anda lakukan ketika anda memasak atau membersihkan ruangan, tunjuk benda-benda di sekitar rumah, dan yang terakhir adalah tanyakan kembali pengetahuan yang sudah anda berikan atau lihat respon anak anda.

karakteristik dari anak-anak dengan gangguan komunikasi

Bayi yang tidak berespon dengan suara atau tidak bisa’bubbling’ atau mengoceh merupakan hal yang perlu diperhatikan. Pada usia 12-24 bulan, perhatian lebih perlu diberikan pada anak dengan :
• Tidak dapat menggunakan bahasa tubuh seperti menunjuk atau melambai pada usia 12 bulan
• Memilih bahasa tubuh dibandingkan vokalisasi untuk berkomunikasi pada usia 18 bulan
• Memiliki kesulitan menirukan suara atau kata pertama tidak muncul pada usia 18 bulan
Pada anak usia lebih dari 2 tahun, anda harus mencari bantuan apabila :
• Hanya dapat mengulang kata atau suara tanpa mampu menghasilkan kata atau kalimat sendiri
• Hanya mengucapkan beberapa kata atau suara berulang-ulang
• Tidak dapat mengikuti petunjuk sederhana
• Memiliki suara yang tidak biasa (suara hidung)
• Lebih sulit dimengerti dibandingkan sebayanya, orangtua dan pengasuh sebaiknya mengerti separuh dari yang diucapkan anak pada usia 2 tahun, sekitar ¾ dari yang diucapkan pada anak 3 tahun, dan pada usia 4 tahun, anak anda seharusnya sudah dapat dimengerti seluruh kata-kata yang dia keluarkan
Anak dengan keterlambatan bicara dan bahasa memiliki berbagai karakteristik termasuk ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk, lambat dalam berbicara, kesulitan artikulasi, dan kesulitan dalam membuat kalimat.

penyebab gangguan komunikasi

Banyak gangguan komunikasi muncul dari kondisi lain seperti gangguan pembelajaran, cerebral palsy, retardasi mental, atau sumbing bibir dan palatum. gangguan komunikasi bisa disebabkan oleh gangguan pada masalah memproduksi kata-kata karena motorik mulut, gangguan pada pendengaran sehingga tidak bisa mendengar kata apalagi mengingat kata-kata dengan jelas, tidak memahami arti kata-kata dan mengasosiasikan dengan situasi, dan lingkungan tidak mendukung anak untuk termotivasi berbicara atau mengembangkan kemampuan bicaranya. Untuk penyebab yang pertama yang disebabkan oleh gangguan pada masalah memproduksi kata-kata motorik mulut, biasanya di dalam speech therapy akan ditangani dengan pendekatan tertentu dilihat dari kebutuhan anak, pendekatan tersebut dapat berupa blowing atau oral motorik yang lain.

Sedangkan penyebab kedua, biasanya diperiksa dulu pendengarannya atau umumnya anak-anak yang mengalami pendengaran lebih banyak belajar melalui visual learning, dengan metode COMPIC atau PECS untuk menjembatani komunikasi pada anak penyandang autisme. Pada penyebab yang ketiga, ditangani dengan cara mengajari meaning kata, faktor lingkungan adalah faktor terakhir tapi sekaligus menopang seluruh faktor di atas bisa efektif, dan bisa ditangani melalui pendekatan "functional comunication" yang bisa di"set up" situasinya oleh lingkungan, dan bisa secara praktis dilakukan orang tua.

Kategori dalam gangguan komunikasi

1. Gangguan bahasa ekspresif
Pada gangguan ekspresif anak-anak berada di bawah kemampuan yang diharapkan dalam hal perbendaharaan kata, pemakaian keterangan waktu (tenses) yang tepat, produksi kalimat yang kompleks, dan daya ingat dalam mengingat kata dan kalimat.
2. Gangguan bahasa ekspresif campuran
Dalam gangguan ini, anak terganggu dalam pengertian dan ekspresi bahasa.
3. Gangguan fonologis
Anak dengan gangguan ini akan melakukan kesalahan dalam produksi suara, menghilangkan suara tertentu seperti konsonan.
4. Gagap dan gangguan komunikasi yang tidak ditentukan
Anak akan melakukan pengulangan bunyi, perpanjangan, penyiapan, berhenti dalam berkata dan mengucapkan kalimat, substitusi kata untuk menghindari hambatan dalam berbicara.
Gangguan bicara pada anak adalah salah satu kelainan yang sering dialami oleh anak-anak dan terjadi pada 1 dari 12 anak atau 5 – 8 % dari anak-anak presekolah. Hal ini mencakup gangguan berbicara (3%) dan gagap (1%). Konsekuensi yang diambil pada gangguan wicara yang terlambat ditangani adalah perubahan yang signifikan dalam hal tingkah laku, gangguan kejiwaan, kesulitan membaca, dan gangguan prestasi akademik termasuk penurunan prestasi di sekolah sampai drop-out. Sampai saat ini, gangguan bicara pada anak merupakan masalah yang sulit terdeteksi pada pusat pelayanan primer.
Gangguan pendengaran bervariasi sekitar 5% dari anak usia sekolah dengan level pendengaran di bawah normal. Dari jumlah ini, 10-20% memerlukan pendidikan khusus. Sekitar 1/3 dari anak yang memiliki gangguan pendengaran, bersekolah di sekolah biasa, 2/3 dari mereka memasuki pendidikan khusus atau sekolah luar biasa untuk tuna rungu.

Gangguan Komunikasi

gangguan komunikasi meliputi berbagai lingkup masalah yaitu gangguan bicara, bahasa, dan mendengar. Gangguan bahasa dan bicara melingkupi gangguan artikulasi, gangguan mengeluarkan suara, afasia (kesulitan menggunakan kata-kata, biasanya karena memar atau luka pada otak), dan keterlambatan di dalam berbicara atau berbahasa. Keterlambatan bicara dan bahasa tergantung dari beberapa penyebab, termasuk di dalamnya adalah faktor lingkungan atau gangguan pendengaran.

Selasa, 11 Mei 2010

DIAGNOSIS & PENGOBATAN GANGGUAN DISINTERGRATIF

Seorang dokter membuat diagnosa berdasarkan gejala dan pencarian untuk akar gangguan. Kehilangan bermakna secara klinis keterampilan yang telah dicapai sebelumnya (sebelum usia 10 tahun) dalam sekurangnya bidang berikut:
1. Bahasa ekspresif atau reseptif
2. Keterampilan sosial atau perilaku adaptif.
3. Pengendalian usus atau kandung kemih.
4. Bermain.
5. Keterampilan motorik
Gangguan disintegratif masa kanak-kanak tidak bisa diobati secara khusus atau disembuhkan, dan kebanyakan anak, khususnya dengan keterbelakangan yang parah, memerlukan perawatan seumur hidup. Gangguan disintegratif masa kanak-kanak tidak bisa diobati secara khusus atau disembuhkan, Dan kebanyakan anak, khususnya dengan keterbelakangan Yang parah, memerlukan perawatan seumur hidup.

Kelainan fungsi dalam gangguan disintegratif

Kelainan fungsi dalam sekurangnya dua bidang berikut:

1. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial (misalnya, gangguan dalam perilaku non verbal, gagal untuk mengembangkan hubungan teman sebaya, tidak ada timbal balik sosial atau emosiaonal).
2. Gangguan kualitatif dalam komunikasi (misalnya, keterlambatan atau tidak adanya bahasa ucapan, ketidak mampuan untuk memulai atau mempertahankan suatu percakapan, pemakaian bahasa yang stereotipik dan berulang, tidak adanya berbagai permainan khayalan).
3. Pola perilaku, minat, dan aktivitas yang terbatas, berulang dan stereotipik, termasuk stereotipik dan manerisme motorik.

Ciri - ciri gangguan disintegratif

Ciri - ciri utama dari gangguan ini yaitu :
1. Sesudah anak mengalami perkembangan normal dalam komunikasi , hubungan social, permanianan dan tingkah laku adaptif sampai usia 2 tahun, maka disusul oleh regresi yang berat dan hilangnya keterampilan2 tersebut sebelum usia 10 tahun
2. Hilangnya pengendalian buang iar besar atau kecil dan kadang-kadang disertai dengan kemerosotan pengendalian motorik
3. Hilangnya minat atau perhatian terhadap lingkungan
4. Adanya manerisme motorik yang stereotype dan diulang-ulang
5. Kekurangan interaksi social dan komunikasi yang sama dengan autism dan terjadi retardasi yang berat
6. Dalam hal tertentu gangguan ini mirip dengan demensia pada orang dewasa tetapi berbeda dalam 3 hal yaitu:
1. Tidak ada bukti terjadi penyakit atau kerusakan otak organic (walaupun bbrp tipe fungsi otak dapat ditelusuri)
2. Kehilangan keterampilan tetapi kemudian dapat mengalami perbaikan
3. Gangguan fungsi social dan komunikasi memiliki kualitas yang lebih mirip dengan autism dari pada kemunduran intelektual

Pengobatan Sindrom Rett

Pengobatan yang dapat membantu anak-anak dan orang dewasa dengan Sindrom Rett meliputi:
* Obat-obatan
Meskipun obat tidak dapat menyembuhkan sindrom Rett, penderita terbantu untuk mengendaklikan gejala yang terkait dengan kelainan, seperti kejang-kejang dan kekakuan otot. Obat dibutuhkan untuk kesulitan bernafas, kesulitan motorik, dan antiepilepsi.
L- Dopa adalah bentuk sintetis dari dopamine. Ini ditemukan untuk mengurangi kekakuan selama tahap kemunduran motorik (tahap 4), tetapi sebaliknya gagal untuk menyediakan peningkatan pada basis yang konsisten.
Naltrexone (Revia) adalah lawan dari opium, biasanya untuk mengurangi kecanduan obat. Penggunaan neltraxone dalam dosis rendah atau tinggi mungkin bermanfaat dalam mengontrol nafas yang tidak teratur dan kejang, dan mengurangi teriakan. Ini mungkin ada kaitannya dengan efek obat penenang. Namun terdapat efek lain yaitu kehilangan nafsu makan.
Bromokriptin (Parlodel) adalah obat yang meningkatkan fungsi system dopamine di otak. Satu obat yang diuji coba menunjukkan peningkatan awal dalam komunikasi, berkurangnya kegelisahan dan berkurangnya gerak tangan di tahap pertama, namun ketika obat berhenti, gejala akan muncul lagi, dan pengenalan kemali pada obat tidak membawa kembali pada peningkatan awal.
Tirosin (dopamine dan noradrenalin) dan triptophan (serotonin) adalah asam amino yang biasanya mendorong level transmitter. Studi menunjukkan tidak ada perbedaan dalam penampilan klinis ataun polla EEG. L- Carnitin adalah turunan dari asam amino esensial lisin.

* Terapi Fisik dan Wicara
Terapi fisik dan penggunaan kawat gigi atau gips dapat membantu anak-anak yang menderita scoliosis. Dalam beberapa kasus, terapi fisik juga dapat membantu mempertahankan berjalan, keseimbangan dan fleksibilitas, sementara terapi okupasi dapat memperbaiki penggunaan tangan. Terapi wicara dapat membantu meningkatkan kehidupan anak dengan mengajarkan cara-cara berkomunikasi nonverbal.

* Dukungan Gizi
Gizi yang tepat sangat penting bagi pertumbuhan normal dan untuk meningkatkan fungsi mental dan sosial. Beberapa anak dengan Sindrom Rett dapat "membutuhkan" lemak tinggi dan makanan berkalori tinggi. Dukungan gizi juga diberikan melalui hidung (selang nasogastrik) atau langsung di perut.

Perawatan Sindrom Rett

Pengobatan Sindrom Rett memerlukan pendekatan lintas disiplin, termasuk perawatan medis yang teratur; fisik, okupasi dan terapi wicara, dan akademis, sosial dan pelayanan kejuruan. Kebutuhan untuk tingkat perawatan dan dukungan tidak berakhir sebagai anak-anak menjadi lebih tua dan biasanya diperlukan sepanjang hidup.

tahap - tahap pada sindrom RETT

Sindrom Rett umumnya dibagi menjadi empat tahap:
* Tahap I.
Tanda dan gejala pada tahap awal biasanya diabaikan selama 6 bulan sampai 18 bulan. Sindrom Rett pada Bayi menunjukkan tanda bayi kurang kontak mata dan mulai kehilangan minat pada mainan. Bayi juga mengalami penundaan dalam duduk atau merangkak.
* Tahap II
Tahap II mulai antara usia 1 sampai 4 tahun, anak-anak dengan sindrom Rett secara bertahap kehilangan kemampuan untuk berbicara dan menggunakan tangan mereka secara sengaja. Gerkaan lain seperti gerakan tangan--meremas-remas, mencuci, bertepuk tangan atau mengetuk juga sulit dilakukan penderita. Beberapa anak dengan sindrom Rett menahan napas atau hiperventilasi dan berteriak atau menangis tanpa sebab.

* Tahap III
Tahap ketiga adalah puncak gejala yang biasanya dimulai antara usia 2 sampai 10 tahun dan dapat berlangsung selama bertahun-tahun. Walaupun masalah dengan mobilitas berlanjut, perilaku dapat diperbaiki. Anak-anak di tahap ini sering kurang menangis, tidak mudah marah, menunjukkan peningkatan kewaspadaan, rentang perhatian dan keterampilan komunikasi nonverbal. Banyak orang dengan sindrom Rett hidup dengan gejala di tahap III sampai sisa hidup mereka.

* Tahap IV
Tahap terakhir ditandai dengan berkurangnya mobilitas, kelemahan otot dan scoliosis (kelengkungan yang abnormal dari tulang belakang). Tanda lain yakni kurangnya pengertian, komunikasi dan keterampilan tangan. Pada kenyataannya, gerakan tangan yang berulang dapat berkurang. Meskipun kematian mendadak dalam tidur dapat terjadi, sebagian besar orang dengan sindrom Rett hidup sampai mereka berusia 40 sampai 50-an. Mereka biasanya membutuhkan perawatan dan bantuan sepanjang hidup.

Gejala Sindrom Rett

Gejala Sindrom Rett bervariasi dari anak ke anak. Beberapa bayi menunjukkan tanda-tanda dari gangguan sejak lahir tanpa periode perkembangan normal. Penderita lain memiliki gejala lebih ringan dan dapat mempertahankan kemampuan untuk berbicara. Beberapa anak bahkan mengalami kejang-kejang.

penyebab sindrom RETT

Penyebab gangguan ini tidak diketahui dengan pasti, kebanyakan kasus disebabkan oleh faktor mutasi genetik yang terjadi secara tiba- tiba. Sampai saat ini masih terus dilakukan penelitian yang lebih mendalam penyebab dan pencegahan terjadinya gangguan ini.

Strategi yang dapat dilakukan

1) Melatih anak dalam berbicara, orangtua harus bersikap sabar dan penuh kasih sayang dalam berbicara dengan anak gangguan AS. Orangtua diharapkan sesering mungkin mengajak anaknya berbicara dengan menyesuaikan kemampuan yang dimiliki anak, bicaralah dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh mereka.
2) Berikanlah tugas-tugas yang mampu diselesaikan oleh anak berserta dengan instruksi yang jelas (baik berupa perintah atau gambar), tanyankanlah pada anak apakah ia sudah cukup mengerti dengan tugas yang diberikan.
3) Usahakanlah anak menatap orangtuanya ketika berbicara.
4) Berikanlah pujian ketika ia dapat menyelesaikan tugasnya dan ketika ia melakukan hal-hal lain yang positif tanpa disuruh
5) Latihlah anak untuk belajar memilih dari beberapa alternatif yang diajukan.
Lainnya
Terapi fisik dan sensorik untuk mengetahui permasalahan yang mengakut system koordinasi dan psikomotorik. [

Treatment sindrom asperger

Pemberian treatment difokuskan pada tiga bidang simtom yang muncul pada AS; komunikasi, perilaku mengulang dan fisik. Keberhasilan treatment tergantung pada penyusunan program yang disesuaikan dengan minat dan karakteristik sang anak.

*Ketrampilan sosial
Ketrampilan sosial (social skills training) bertujuan untuk mengajarkan anak dengan ketrampilan dalam berinteraksi dengan anak-anak sebayanya.

Penderita AS mempunyai kecenderungan menggantungkan diri pada aturan yang kaku dan rutinitas. Keadaan ini dapat digunakan untuk mengembangkan kebiasaan yang positif dan meningkatkan kualitas hidup. Penderita AS diajarkan teknik coping dari perilaku orang-orang disekelilingnya, dengan mencontoh perilaku orang individu juga srategi menyelesaikan masalah diajarkan untuk menangani keadaan yang sering terjadi, situasi sulit seperti terlibat dengan hal baru, kebutuhan sosial dan frustrasi. Disamping itu pasien juga dilatih untuk mengenal situasi sulit dan memilih strategi yang pernah dipelajari untuk situasi baru.

*Ketrampilan berkomunikasi
Anak diberikan cognitive behavioral therapy (CBT) yang bertujuan untuk membantu anak dalam memanage emosinya secara lebih baik sehingga anak dapat diterima oleh lingkungan sekitarnya, terapi ini juga berguna untuk mengendalikan perilaku mengulang dan rutinitas. Terapi ini dapat dilakukan secara individual ataupun dengan kelompok.

Terapi komunikasi dan bahasa meliputi; perilaku nonverbal, mengenal dan membaca perilaku nonverbal pada orang lain, kesiagaan diri, perspective taking skill, dan interpretasi komunikasi.

*Pelatihan pada orangtua
Pelatihan pada orangtua bagaiman menghadapi simtom dan memberi dukungan kepada anak dengan gangguan AS.

Medikasi atau obat-obatan untuk sindrom asperger

Perlu diingat bahwa tidak ada obat-obatan medis yang dapat menyembuh gangguan AS ini, dokter akan memberikan obat bila disertai dengan beberapa gejala lain berupa gangguan kecemasan, atau depresi misalnya.

Pemberian obat-obatan seperti jenis serotonin; risperidone, olanzapine, quetiapine diperuntukkan untuk meredam perilaku agresivitas atau self injuries.
Jenis SSRI lainnya seperti fluoxetin diberikan bila disertai dengan gangguan kecemasan dan clomipramine diberikan untuk meredamkan perilaku obsesif.

Kriteria sindrom asperger berdasarkan DSM IV tahun 1994

1. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial, seperti yang ditunjukkan berikut (sekurangnya dua gejala):
- Ditandai gangguan dalam penggunaan perilaku nonverbal seperti tatapan mata, ekspresi wajah, postur tubuh, dan gerak-gerik untuk mengatur
interaksi sosial.
- Gagal mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sesuai menurut tingkat perkembangan.
- Gangguan untuk secara spontan membagi kesenangan, perhatian atau prestasi dengan orang lain (seperti kurang memperlihatkan, membawa atau menunjukkan
obyek yang menjadi perhatian orang lain).
- Tidak adanya timbal balik sosial dan emosional.

2. Pola perilaku, minat dan aktivitas yang terbatas, berulang dan stereotipik, seperti yang ditunjukkan oleh sekurang -kurangnya satu dari berikut :
- Preokupasi dengan satu atau lebih pola minat yang stereotipik, dan terbatas, yang abnormal baik dalam intensitas maupun fokusnya.
- Ketaatan yang tampaknya tidak fleksibel terhadap rutinitas atau ritual yang spesifik dan nonfungsional.
- Manerisme motorik stereotipik dan berulang (menjentik dan mengepak-ngepak tangan atau jari, atau gerakan kompleks seluruh tubuh).
- Preokupasi persisten dengan bagian-bagian obyek.

3. Gangguan ini menyebabkan gangguan yang bermakna secara klinis dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya.

4. Tidak terdapat keterlambatan menyeluruh yang bermakna secara klinis dalam bahasa (misalnya, menggunakan kata tunggal pada usia 2 tahun, frasa komunikatif digunakan pada usia 3 tahun).

5. Tidak terdapat keterlambatan bermakna secara klinis dalam perkembangan kognitif atau dalam perkembangan ketrampilan menolong diri sendiri dan perilaku adaptif yang sesuai dengan usia (selain dalam interaksi sosial), dan
keingintahuan tentang lingkungan pada masa kanak-kanak.

6. Tidak memenuhi kriteria untuk gangguan pervasif spesifik atau skizofrenia

Gejala – gejala sindrom asperger

Lorna Wing (1981) adalah salah satu peneliti yang mempopularkan istilah sindrom Asperger, ia tertarik untuk mempublikasikan beberapa penelitiannya mengenai sindrom tersebut. Ia juga membuat kriteria klinis tersendiri gangguan Asperger :
- Kurang empati
- Naif, interaksi satu arah, sedikit kemampuan untuk berteman dan dijauhi oleh orang lain
- Berbicara kekanakan dan mononton
- Miskin komunikasi nonverbal
- Keterbatasan dalam memahami topik seperti cuaca, peta, berita
- Inkoordinasi dalam bergerak, janggal, dan memiliki postur tubuh tidak lazim


Secara umum beberapa gejala sindrom Asperger :
• Komunikasi nonverbal yang tidak normal, misalnya menghindari kontak mata, berhadapan dengan orang lain
• Kegagalan dalam mengembangkan hubungan dengan orang lain dan kesulitan bersama kelompok bermainnya, misalnya anak lebih suka atau nyaman bersama orang dewasa atau orangtuanya
• Tidak mampu bersikap spontan dalam menikmati, ketertarikan atau menghargai orang lain
• Kesulitan memahami ekspresi wajah
• Ketidakmampuan mengenal emosi
• Berperilaku tertentu seperti mengisap jari, berjalan berbelok-belok atau gerak tubuh yang ganjil
• Tidak dapat bersikap fleksibel dan tergantung pada rutinitas
• Hanyut dalam suasana atau bermain ketergantungan pada sesuatu benda-benda tertentu
• Tidak tertarik dan sensistif terhadap lingkungannya, misalnya dengan suara, baju yang dipakai, makanan atau bau-bau busuk
• Gangguan dalam berbicara atau berbahasa terutama pada penguasaan semantik dan intonasi, sehari-harinya kadang mereka juga berbicara dalam bahasa yang formal (Hans Asperger menyebut anaknya dengan sebutan “profesor kecil“)
• Kesulitan dalam menginterpretasikan bahasa atau kesulitan dalam mengartikan maksud dalam percakapan
• Suka mengulang perbuatan-perbuatan yang dilarang

Gangguan sindrom asperger pada umumnya akan terus mengikuti perkembangan usia seseorang. Meski tidak membahayakan jiwa, namun gangguan itu bisa membuat anak takut berada di keramaian dan membuat anak depresi.

Faktor Penyebab sindrom asperger

Faktor penyebab kemunculan AS tidak diketahui dengan pasti, penelitian menitikberatkan adanya beberapa gangguan di otak. Saat ini para ahli sedang meneliti fungsi yang berbeda pada area-area tertentu di otak terutama pada fase fetal. Diperkirakan kemunculan AS disebabkan oleh adanya gangguan struktur otak yang mempengaruhi kerja susunan syaraf terhadap cara kontrol otak dan perilaku, Faktor lain yang diduga sebagai penyebab kemunculan AS adalah faktor genetika.

Jumat, 07 Mei 2010

definisi gangguan disintegratif

definisi
Dikenal juga sebagai sindroma Heller dan psikosis disintegratif, dijelaskan pertama kali pada tahun 1908. Prevalensi kejadian kira-kira 1 dari 100.000 anak laki-laki berlangsung seumur hidup.
Gangguan disintegratif masa kanak-kanak, anak yang rupanya normal mulai bertindak lebih muda (mundur) sesudah usia 3. Gangguan masa kecil disintegratif, adalah kekacauan serius yang langka dimana seorang anak dengan usia lebih dari3 berhenti berkembang sevcara normal dan mengalami kemunduran pada banyak fungsi di bawahnya, biasanya mengikuti sakitnya gawat, seperti infeksi otak dan susunan syaraf.
Pertumbuhan yang tampaknya normal selama sekurangnya dua tahun pertama setelah lahir seperti yang ditunjukkan oleh adanya komunikasi verbal dan non verbal yang sesuai dengan usia, hubungan sosial, permainan dan perilaku adaptif.