Kamis, 24 Desember 2009

bunuh diri

belakangan ini banyak sekali kasus bunuh diri yang menghiasi media massa dan media cetak. seperti seorang siswi yang merasa malu karena diejek teman-temannya sebagai anak tukang bubur hingga nekat mengakhiri hidupnya, seorang perempuan muda bernama ice yang menjatuhkan dirinya dari lantai 5 West Mall Grand Indonesia pada hari senin (30/11) dan pada hari yang sama seorang pemuda bernama reno juga meloncat dari lantai 5 Mal Senayan City untuk mengkhiri hidupnya atau seorang anak TK yang nekat menghabisi nyawanya karena habis dimarahi oleh orang tuanya. Serangkaian kejadian bunuh diri yang terjadi belakangan menjadi fenomena yang memprihatinkan.

dewasa ini, fenomena bunuh diri menjadi sebuah alternatif yang banyak dipilih tidak hanya orang dewasa saja tapi juga oleh remaja bahkan oleh anak-anak yang masih bersekolah ditingkat dasar. ironisnya, faktor penyebabnya lebih banyak karena tidak mampu menahan rasa malu. dalam pandangan psikologi, hal ini berkaitan dengan rasa frustasi yang berlebihan dan ketidakmampuan diri untuk melakukan adaptasi. yang menjadi pertanyaan besar kenapa mereka nekat menkhiri hidupnya dengan cara yang tidak biasa dalam upaya menyelesaikan masalah yang dihadapi?

menurut Norman Wright, seorang psikolog, 10% orang melakukan bunuh diri dengan alasan yang tidak jelas. sebanyak 25% digolongkan sebagai oarang-orang yang menderita kestsbilan mental. dan sebanyak 40% melakukan bunuh diri menurut kata hati ketika mengalami gangguan emosi. selain itu, ada juga orang yang melakukan bunuh diri agar terlepas dari penderitaannya. orang yang tidak mampu menahan penderitaannya dan sakit kronis adalah calon-calon pelaku bunuh diri. ada lagi yang melakukan bunuh diri untuk balas dendam. misalnya remaja yang sakit hati akibat penolakan dari orangtua atau kekasih. menurut mereka bunuh diri adalah salah satu cara untuk membalasnya, agar orang yang telah menyakitinya merasa bersalah. sebenarnya apa yang menyebabkan bunuh diri bisa terjadi?

faktor kepribadian disebut-sebut sebagai faktor yang turut menentukan apakah seseorang itu memiliki potensi untuk melakukan bunuh diri. mengenai persoalan bunuh diri, para ahli telah menggolongkan orang yang cenderung untuk bunuh dirisebagai orang yang tidak puas dan belum mandiri, yang terus-menerus meminta, mengeluh dan mengatur, yang tidak luwes dan kurang mampu menyesuaikan diri. mereka adalah orang yang memerlukan kepastian mengenai harga dirinya, yang menganggap dirinya selalu akan menerima penolakan dan yang berkepribadian kekanak-kanakan, yang berharap orang lain membuat keputusan dan melaksanakannya untuknya ( Doamn Lum).

Durkheim, sang sosiolog prancis mengelompokkan fenomena bunuh diri menjadi tiga kelompok, yaitu egoistik, altruistik dan anomik.
~ egoistic suicide. terjadi bila individu tidak mampu berinteraksi dengan masyarakat. kondisi ini terjadi karena masyarakat memposisikan individu yang bersangkutan seolah-olah tidak berkpribadian.
~ altruistic suicide. terjadi karena adanya ikatan dan tuntutan yang kuat terhadap individu dari masyarakat sekitar (tradisi/budaya setempat).
~ anomic suicide. terjadi karena gangguan keseimbangan intergrasi antara individu dan masyarakat sehingga individu mengalami krisis identitas.

teori lain mengenai bunuh diri adalah bunuh diri absurditas, bunuh diri eksistensialis, bunuh diri karena patologis, bunuh diri romantis dan bunuh diri heroik. namun apapun teori yang digunakan, para psikolog dan sosiolog tetap merasa tidak mudah membuka tabir misteri tentang bunuh diri. secara psikologis, dipahami bahwa peilaku bunuh diri sebenarnya adalah sebuah kepanikan atau letupan sesaat sebuah dorongan yang muncul tiba-tiba. merujuk pada beberapa contoh kasus bunuh diri, tampaknya peristiwa bunuh diri pada remaja dan anak-anak sering berhubungan dengan stesor yang terjadi sesaat, misalnya kepanikan karena tidak dapat membayar iuran sekolah atau rasa malu yang berlebihan. ide untuk bunuh diri dapat muncul tiba-tiba (impulsif) tanpa banyak dipikirkan terlebih dahulu. bagi ramaja dan pelajar, situasi ini bertambah rumit mengingat masa mereka adalah masa yang penuh gejolak. tatkala ditambah lagi dengan persoalan yang menurut mereka sulit untuk dipecahkan, mereka mengalami kebuntuan, tidak ada lagi yang dianggap peduli maka bunuh diri menjadi jalan akhir yang ditempuh.

bagaimana menolongnya?
eits..tenang dulu. kita bisa mencegahnya kok. jika kalian menemukan orang-orang disekitar kalian yang pernah menyatakan ingin melakukan tindakan bunuh diri baik secara langsung maupun tidak langsung, jangan anggap remeh hal tersebut. jalin hubungan dengannya, pelihara kontak dengan orang tersebut, jalin hubungan yang simpatik dan dapatkan informasi lebih jauh. bersikaplah penuh empati, dengarkan dia dengan hati dan ikut memahami perasaannya.

kenapa?
sebab orang yang mengatakan ingin bunuh diri sebenarnya sedang mengkomunikasikan sesuatu kepada kita : cry for help ( jeritan butuh pertolongan dan perhatian). jadi sebaiknya kita jangan bersikap sebagai seorang moralis atau sebagai seorang hakim yang siap untuk "memvonis" niat mereka tersebut sebagai dosa, tidak bermoral dan sebagainya.

mengapa?
sebab para pelaku bunuh diri pada umumnya sudah mengalami perubahan dalam cara berpikir, terutama bagi mereka yang mengalami depresi, sehingga kata-kata vonis yang diucapkan pada mereka dianggap sebagai sesuatu yang pantas mereka terima, yang pada akhirnya akan membuat keputusan bunuh diri yang dianggap sebagai sesuatu yang harus dilakukan (Norman Wright).

analisa.
menurut analisa Psikolog Klinis dari Fakultas Psikologi Univeritas Indonesia, Dra Yati Utoyo Lubis MA. PhD, fenomena bunuh diri yang terjadi bisa saja dilatarbelakangi persoalan hidup yang rumit atau pun terkait dengan adanya gangguan jiwa. Menurutnya bila melihat pada situasi masyarakat saat ini, bunuh diri sangat mungkin terjadi karena korban tidak menemukan jalan keluar dalam mengatasi rumitnya problem yang dihadapi. Faktor penyebab lain yang mungkin terjadi adalah masalah gangguan jiwa pada orang yang bunuh diri.

Menurut Widyarto Adi Ps, seorang psikolog, seseorang akan jadi melakukan tindakan bunuh diri kalau faktor kedua, pemicu (trigger)-nya, memungkinkan. Tidak mungkin ada tindakan bunuh diri yang muncul tiba-tiba, tanpa ada faktor predisposisi sama sekali. Akumulasi persoalan fase sebelumnya akan terpicu oleh suatu peristiwa tertentu.

sedangkan menurut analisa saya, bunuh diri bisa terjadi karena factor gangguan jiwa, frustasi dan tidak dapat menahan rasa malu yang berlebihan. Umumnya orang yang melakukan bunuh diri karena merasa tidak dapat memecahkan masalah yang dianggap sulit dan menganggap tidak ada yang peduli terhadapnya. Maka bunuh diri dianggap sebagai jalan keluar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar